Bohongi Rakyat & Jokowi, Ahli Epidemiologi Ungkap Vaksin Nusantara Penelitian Asing & Tak Sesuai Standar merupakan berita Hangat N3 di 2020.
Online - Polemik vaksin nusantara kian memanas. Kali ini Ahli Epidemiologi Universitas Indonesia (UI) dr. Pandu Priono yg berani buka-bukaan tentang vaksin tersebut.
Menurut keterangan dr. Pandu Priono, vaksin nusantara bukan hasil produk dalam negeri.
Pasalnya penelitian dilakukan oleh regu peneliti yg berasal dari Aivita Biomedical Inc yg berpusat di California, Amerika Serikat. Selain itu, antigen virus juga diimpor.
"Tim Peneliti Indonesia TIDAK BISA menjawab proses penelitian. Ternyata dikerjakan oleh regu peneliti dari @AIVITABio & antigen virus juga diimpor. Klaimnya sebagai 'Karya Anak Bangsa Indonesia' yg harus didukung & @BPOM_RI dituduh tidak mendukungnya. @KemenkesRI @DPR_RI," mengatakan Pandu, dikutip Seputartangsel.com dari akun Twitter @drpriono1 pada hari Rabu, 14 April 2021.
Tangkapan layar cuitan Ahli Epidemiologi UI dr. Pandu Priono Terkait Vaksin Nusantara
Dia mengatakan, selama ini publik hingga Presiden Joko Widodo (Jokowi) & Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI sudah dibohongi.
Selain itu, vaksin nusantara juga belum mendapat izin dari Kementerian Riset & Teknologi (Kemeristek).
"Jelas ada pembohongan publik, juga pada Presiden jokowi, anggota @DPR_RI dengan klaim sebagai karya anak bangsa Indonesia. Ternyata vaksin nusantara adalah penelitian asing, tidak ada ijin dari @KemenristekBRIN & mengpakai anggaran @KemenkesRI. Masih mau terus dibohongi?" ujarnya.
Lebih lanjut, dr. Pandu Priono mengatakan bahwa pembuatan vaksin nusantara tidak memenuhi standar, termasuk untuk kepentingan keselamatan relawan.
Karenanya, pelaksanaan uji klinis vaksin tersebut dengan tegas ditolak oleh BPOM RI.
BPOM RI diketahui menemukan sejumlah aspek yg tidak dipenuhi dalam produksi vaksin nusantara.
Di antaranya yaitu belum terpenuhinya imun humoral & imun selular, kecerobohan mendasar termasuk masalah etika, data yg hilang & diganti peneliti, hingga vaksin yg dibuat tidak dalam kondisi steril.
"Temuan lain oleh @BPOM_RI, adanya kecerobohan yg mendasar termasuk masalah etika, & masalah data yg hilang, diganti oleh peneliti. Ada yg jadi tanggung-jawab Balitbangkes yg perlu dijelaskan. @KemenkesRI," paparnya.
"@BPOM_RI juga mengerjakan inspeksi, tidak cuma mempelajari laporan saja. Yg mengejutkan & menunjukkan kecerobohan yg stupidity: TIDAK DIBUAT dalam KONDISI STERIL!" lanjutnya.(seputartangsel.com)
NB: Semua berita ini diambil dari internet

Online - Polemik vaksin nusantara kian memanas. Kali ini Ahli Epidemiologi Universitas Indonesia (UI) dr. Pandu Priono yg berani buka-bukaan tentang vaksin tersebut.
Menurut keterangan dr. Pandu Priono, vaksin nusantara bukan hasil produk dalam negeri.
Pasalnya penelitian dilakukan oleh regu peneliti yg berasal dari Aivita Biomedical Inc yg berpusat di California, Amerika Serikat. Selain itu, antigen virus juga diimpor.
"Tim Peneliti Indonesia TIDAK BISA menjawab proses penelitian. Ternyata dikerjakan oleh regu peneliti dari @AIVITABio & antigen virus juga diimpor. Klaimnya sebagai 'Karya Anak Bangsa Indonesia' yg harus didukung & @BPOM_RI dituduh tidak mendukungnya. @KemenkesRI @DPR_RI," mengatakan Pandu, dikutip Seputartangsel.com dari akun Twitter @drpriono1 pada hari Rabu, 14 April 2021.
Tangkapan layar cuitan Ahli Epidemiologi UI dr. Pandu Priono Terkait Vaksin Nusantara
Dia mengatakan, selama ini publik hingga Presiden Joko Widodo (Jokowi) & Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI sudah dibohongi.
Selain itu, vaksin nusantara juga belum mendapat izin dari Kementerian Riset & Teknologi (Kemeristek).
"Jelas ada pembohongan publik, juga pada Presiden jokowi, anggota @DPR_RI dengan klaim sebagai karya anak bangsa Indonesia. Ternyata vaksin nusantara adalah penelitian asing, tidak ada ijin dari @KemenristekBRIN & mengpakai anggaran @KemenkesRI. Masih mau terus dibohongi?" ujarnya.
Lebih lanjut, dr. Pandu Priono mengatakan bahwa pembuatan vaksin nusantara tidak memenuhi standar, termasuk untuk kepentingan keselamatan relawan.
Karenanya, pelaksanaan uji klinis vaksin tersebut dengan tegas ditolak oleh BPOM RI.
BPOM RI diketahui menemukan sejumlah aspek yg tidak dipenuhi dalam produksi vaksin nusantara.
Di antaranya yaitu belum terpenuhinya imun humoral & imun selular, kecerobohan mendasar termasuk masalah etika, data yg hilang & diganti peneliti, hingga vaksin yg dibuat tidak dalam kondisi steril.
"Temuan lain oleh @BPOM_RI, adanya kecerobohan yg mendasar termasuk masalah etika, & masalah data yg hilang, diganti oleh peneliti. Ada yg jadi tanggung-jawab Balitbangkes yg perlu dijelaskan. @KemenkesRI," paparnya.
"@BPOM_RI juga mengerjakan inspeksi, tidak cuma mempelajari laporan saja. Yg mengejutkan & menunjukkan kecerobohan yg stupidity: TIDAK DIBUAT dalam KONDISI STERIL!" lanjutnya.(seputartangsel.com)
NB: Semua berita ini diambil dari internet