Jenazah Berserakan Dampak Tsunami Covid-19 India Terpaksa Dikremasi Massal, Pemerintah Angkat Tangan merupakan berita Hangat N3 di 2020.
Online - India tengah jadi sorotan dunia setelah terjadi tsunami Covid-19.
Banyaknya pasien terinfeksi Covid-19 berjatuhan menciptakan rumah sakit setempat kewalahan mengurusnya.
Dampak lain tsunami Covid-19 yakni banyak jenazah pasien Covid-19 yg terpaksa harus dikremasi secara massal.
Tak main-main, negara Anak Benua itu mencatat rekor baru lonjakan karus aktif Covid-19 mencapai 314.835 jiwa pada Kamis 22 April 2021.
Infrastruktur kesehatan yg lemah di India kelabakan akibat gelombang kedua pandemi Covid-19 di negara tersebut.
Bahkan, di New Delhi mencatat angka harian naik sudah lebih dari 26.000 kasus aktif Covid-19.
Lonjakan kasus di New Delihi tersebut lantas mengakibatkan rumah sakit kehadapatn persediaan oksigen medisnya.
Orang-orang pun kehilangan sosok yg mereka sayangi di ibu kota India tersebut, hingga tercatat 306 orang meninggal akibat Covid-19 dalam 24 jam terakhir.
Peristiwa tersebut menciptakan fasilitas darurat harus mengerjakan penguburan & kremasi massal, jadi krematorium yg berada di bawah tekanan.
Salah satu warga New Delhi, Nitish Kumar bahkan dipaksa untuk menyimpan jenazah sang ibu di rumah selama hampir dua hari, akibat kesulitan menemukan tempat kremasi.
Ilustrasi, Gawat! Corona Semakin Mengganas, Infrastruktur Kesehatan di India Hancur, Korban Meninggal Dikremasi Massal
Sebagaimana diberitakan Pikiran-rakyat.com sebelumnya dalam artikel "India Mulai Kremasi Massal Usai Kematian Covid-19 ‘Banjiri’ New Delhi", hal itu menandakan bahwa kematian membanjiri ibu kota India yg jadi tempat kasus Covid-19 meledak.
Nitish Kumar akhirnya dapat mengremasi sang ibu yg meninggal dunia akibat Covid-19, pada Kamis 22 April 2021.
Dia mengremasi sang ibu di sebuah fasilitas kremasi massal di tempat parkir yg berdekatan dengan sebuah krematorium di Seemapuri, timur laut New Delhi.
“Saya berlari dari tiang ke tiang, tetapi setiap krematorium memiliki beberapa alasan, salah satunya mengatakan sudah kehadapatn kayu,” mengatakan Nitish Kumar, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Reuters, Jumat, 23 April 2021.
Sementara Jitender Singh Shunty, yg menjalankan layanan medis nonprofit, mengatakan bahwa sebanyak 60 jenazah sudah dikremasi pada Kamis, 22 April 2021.
60 jenazah tersebut dikremasi di fasilitas darurat di tempat parkir, sedangkan 15 jenazah lainnya masih menunggu.
“Tidak ada seorang pun di Delhi pernah menyaksikan adegan seperti ini, anak-anak yg berusia 5, 15, & 25 tahun sedang dikremasi, pengantin baru sedang dikremasi. Sulit untuk dilihat,” tutur Jitender Singh Shunty.
Foto udara proses kremasi jenazah Covid-19 di India.
Dia mengatakan bahwa pada tahun lalu, selama puncak gelombang pertama, jumlah maksimum jenazah yg dikremasinya dalam sehari adalah 18.
Sementara rata-rata adalah delapan hingga 10 jenazah per hari.
Jitender Singh Shunty menambahkan bahwa pada Selasa, 20 April 2021, dari satu tempat saja sebanyak 78 jenazah dikremasi.
Sementara Nitish Kumar mengatakan bahwa saat sang ibu yg merupakan petugas perawatan kesehatan Pemerintah, dinyatakan positif pada 10 hari lalu, pihak berwenang tidak dapat menemukan tempat tidur rumah sakit untuknya.
“Pemerintah tidak mengerjakan apa-apa, cuma Anda yg dapat menyelamatkan keluarga Anda. Anda sendiri,” katanya. (Eka Alisa Putri/Pikiran Rakyat)
NB: Semua berita ini diambil dari internet

Online - India tengah jadi sorotan dunia setelah terjadi tsunami Covid-19.
Banyaknya pasien terinfeksi Covid-19 berjatuhan menciptakan rumah sakit setempat kewalahan mengurusnya.
Dampak lain tsunami Covid-19 yakni banyak jenazah pasien Covid-19 yg terpaksa harus dikremasi secara massal.
Tak main-main, negara Anak Benua itu mencatat rekor baru lonjakan karus aktif Covid-19 mencapai 314.835 jiwa pada Kamis 22 April 2021.
Infrastruktur kesehatan yg lemah di India kelabakan akibat gelombang kedua pandemi Covid-19 di negara tersebut.
Bahkan, di New Delhi mencatat angka harian naik sudah lebih dari 26.000 kasus aktif Covid-19.
Lonjakan kasus di New Delihi tersebut lantas mengakibatkan rumah sakit kehadapatn persediaan oksigen medisnya.
Orang-orang pun kehilangan sosok yg mereka sayangi di ibu kota India tersebut, hingga tercatat 306 orang meninggal akibat Covid-19 dalam 24 jam terakhir.
Peristiwa tersebut menciptakan fasilitas darurat harus mengerjakan penguburan & kremasi massal, jadi krematorium yg berada di bawah tekanan.
Salah satu warga New Delhi, Nitish Kumar bahkan dipaksa untuk menyimpan jenazah sang ibu di rumah selama hampir dua hari, akibat kesulitan menemukan tempat kremasi.
Ilustrasi, Gawat! Corona Semakin Mengganas, Infrastruktur Kesehatan di India Hancur, Korban Meninggal Dikremasi Massal
Sebagaimana diberitakan Pikiran-rakyat.com sebelumnya dalam artikel "India Mulai Kremasi Massal Usai Kematian Covid-19 ‘Banjiri’ New Delhi", hal itu menandakan bahwa kematian membanjiri ibu kota India yg jadi tempat kasus Covid-19 meledak.
Nitish Kumar akhirnya dapat mengremasi sang ibu yg meninggal dunia akibat Covid-19, pada Kamis 22 April 2021.
Dia mengremasi sang ibu di sebuah fasilitas kremasi massal di tempat parkir yg berdekatan dengan sebuah krematorium di Seemapuri, timur laut New Delhi.
“Saya berlari dari tiang ke tiang, tetapi setiap krematorium memiliki beberapa alasan, salah satunya mengatakan sudah kehadapatn kayu,” mengatakan Nitish Kumar, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Reuters, Jumat, 23 April 2021.
Sementara Jitender Singh Shunty, yg menjalankan layanan medis nonprofit, mengatakan bahwa sebanyak 60 jenazah sudah dikremasi pada Kamis, 22 April 2021.
60 jenazah tersebut dikremasi di fasilitas darurat di tempat parkir, sedangkan 15 jenazah lainnya masih menunggu.
“Tidak ada seorang pun di Delhi pernah menyaksikan adegan seperti ini, anak-anak yg berusia 5, 15, & 25 tahun sedang dikremasi, pengantin baru sedang dikremasi. Sulit untuk dilihat,” tutur Jitender Singh Shunty.
Foto udara proses kremasi jenazah Covid-19 di India.
Dia mengatakan bahwa pada tahun lalu, selama puncak gelombang pertama, jumlah maksimum jenazah yg dikremasinya dalam sehari adalah 18.
Sementara rata-rata adalah delapan hingga 10 jenazah per hari.
Jitender Singh Shunty menambahkan bahwa pada Selasa, 20 April 2021, dari satu tempat saja sebanyak 78 jenazah dikremasi.
Sementara Nitish Kumar mengatakan bahwa saat sang ibu yg merupakan petugas perawatan kesehatan Pemerintah, dinyatakan positif pada 10 hari lalu, pihak berwenang tidak dapat menemukan tempat tidur rumah sakit untuknya.
“Pemerintah tidak mengerjakan apa-apa, cuma Anda yg dapat menyelamatkan keluarga Anda. Anda sendiri,” katanya. (Eka Alisa Putri/Pikiran Rakyat)
NB: Semua berita ini diambil dari internet