Komponen Utama Vaksin Nusantara dari AS, Gus Nadir Beri Komentar Menohok merupakan berita Hangat N3 di 2020.
Online - Dosen Fakultas Hukum Universitas Monash Australia, Nadirsyah Hosen atau Gus Nadir turut menyoroti Vaksin Nusantara.
Vaksin Nusantara yg digagas mantan Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto digadang-gadang sebagai buatan anak bangsa atau dalam negeri.
Mengacu pada hal itu, tak heran bila banyak pihak yg diimbau untuk mendukung Vaksin Nusantara.
“Cinta produk dalam negeri makanya dukung Vaksin Nusantara dong,” mengatakan Gus Nadir sebagaiamana dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Twitter @na_dirs, Jumat, 16 April 2021.
Namun belakang ini terbongkar fakta mengejutkan dari Vaksin Nusantara.
Ternyata komponen utama Vaksin Nusantara berasal dari Amerika Serikat (AS). Bahkan peneliti utama Vaksin Nusantara pun berasal dari AS.
“Eh tetapi gini loh. Semua komponen utama pembuatan vaksin ini diimpor dari USA (antigen, GMCSF, medium pembuatan sel, dll). Peneliti utamanya juga dari USA,” mengatakan Gus Nadir..
"Vaksin nUSAntara dong?" Kata Gus Nadir.
Cinta produk dalam negeri makanya dukung Vaksin Nusantara dong.
Eh tetapi gini lho:
Semua komponen utama pembuatan vaksin ini diimpor dari USA (antigen, GMCSF, medium pembuatan sel, dll). Peneliti utamanya jg dari USA.
Vaksin nUSAntara dong? https://t.co/HBVzAtWWSX
-- Khazanah GNH (@na_dirs) April 15, 2021
Sebelumnya, Badan Pengawas Obat & Makanan (BPOM) membeberkan fakta mengenai komponen utama dari Vaksin Nusantara.
Dalam evaluasi uji klinis Vaksin Nusantara, BPOM menyebutkan bahwa komponen utama vaksin tersebut berasal dari perusahaan Amerika Serikat (AS), Aivita Biomedical Inc.
"Semua komponen utama pembuatan vaksin dendritik ini di Import dari USA (antigen, GMCSF, medium pembuatan sel, & alat-alat untuk persiapan)," tulis Kepala BPOM, Penny K Lukito dalam rilisnya, Rabu, 14 Maret 2021.
Catatan lain yg disorot BPOM adalah data-data penelitian disimpan & dilaporkan dalam electronic case report form, mengpakai sistem elektronik dengan nama redcap cloud yg dikembangkan Aivita Biomedical Inc dengan server di Amerika.
"Kerahasiaan data & transfer data keluar negeri tidak tertuang dalam perjanjian penelitian, karena tidak ada perjanjian antara peneliti Indonesia dengan AIVITA Biomedical Inc USA," mengatakan Penny.
Selain itu, BPOM mencatat keterlibatan peneliti asing dalam riset vaksin nusantara, sehingga dalam dengar pendapat dengan Komnas Penilai Obat ada banyak hal yg tidak dapat dijelaskan oleh peneliti utama dari Indonesia.
"Proses pembuatan vaksin sel dendritik dilakukan oleh peneliti dari AIVITA Biomedical Inc, USA, meskipun dilakukan training kepada staf di RS. Kariadi tetapi pada pelaksanaannya dilakukan oleh dari AIVITA Biomedica Inc, USA. Ada beberapa komponen tambahan dalam sediaan vaksin yg tidak diketahui isinya & regu dari RS. Kariadi tidak memahami," tulis Penny.
BPOM menyebut, riset Vaksin Nusantara harus dikembangkan lagi di fase praklinik sebelum masuk ke uji klinik untuk mendapatkan 'basic concept yg jelas'.
Penelitian praklinik, yg juga dipermasalahkan BPOM, sebaiknya dilakukan dengan pendampingan Kemenristek/BRIN.(pikiran-rakyat.bekasi.com)
NB: Semua berita ini diambil dari internet

Online - Dosen Fakultas Hukum Universitas Monash Australia, Nadirsyah Hosen atau Gus Nadir turut menyoroti Vaksin Nusantara.
Vaksin Nusantara yg digagas mantan Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto digadang-gadang sebagai buatan anak bangsa atau dalam negeri.
Mengacu pada hal itu, tak heran bila banyak pihak yg diimbau untuk mendukung Vaksin Nusantara.
“Cinta produk dalam negeri makanya dukung Vaksin Nusantara dong,” mengatakan Gus Nadir sebagaiamana dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Twitter @na_dirs, Jumat, 16 April 2021.
Namun belakang ini terbongkar fakta mengejutkan dari Vaksin Nusantara.
Ternyata komponen utama Vaksin Nusantara berasal dari Amerika Serikat (AS). Bahkan peneliti utama Vaksin Nusantara pun berasal dari AS.
“Eh tetapi gini loh. Semua komponen utama pembuatan vaksin ini diimpor dari USA (antigen, GMCSF, medium pembuatan sel, dll). Peneliti utamanya juga dari USA,” mengatakan Gus Nadir..
"Vaksin nUSAntara dong?" Kata Gus Nadir.
Cinta produk dalam negeri makanya dukung Vaksin Nusantara dong.
Eh tetapi gini lho:
Semua komponen utama pembuatan vaksin ini diimpor dari USA (antigen, GMCSF, medium pembuatan sel, dll). Peneliti utamanya jg dari USA.
Vaksin nUSAntara dong? https://t.co/HBVzAtWWSX
-- Khazanah GNH (@na_dirs) April 15, 2021
Sebelumnya, Badan Pengawas Obat & Makanan (BPOM) membeberkan fakta mengenai komponen utama dari Vaksin Nusantara.
Dalam evaluasi uji klinis Vaksin Nusantara, BPOM menyebutkan bahwa komponen utama vaksin tersebut berasal dari perusahaan Amerika Serikat (AS), Aivita Biomedical Inc.
"Semua komponen utama pembuatan vaksin dendritik ini di Import dari USA (antigen, GMCSF, medium pembuatan sel, & alat-alat untuk persiapan)," tulis Kepala BPOM, Penny K Lukito dalam rilisnya, Rabu, 14 Maret 2021.
Catatan lain yg disorot BPOM adalah data-data penelitian disimpan & dilaporkan dalam electronic case report form, mengpakai sistem elektronik dengan nama redcap cloud yg dikembangkan Aivita Biomedical Inc dengan server di Amerika.
"Kerahasiaan data & transfer data keluar negeri tidak tertuang dalam perjanjian penelitian, karena tidak ada perjanjian antara peneliti Indonesia dengan AIVITA Biomedical Inc USA," mengatakan Penny.
Selain itu, BPOM mencatat keterlibatan peneliti asing dalam riset vaksin nusantara, sehingga dalam dengar pendapat dengan Komnas Penilai Obat ada banyak hal yg tidak dapat dijelaskan oleh peneliti utama dari Indonesia.
"Proses pembuatan vaksin sel dendritik dilakukan oleh peneliti dari AIVITA Biomedical Inc, USA, meskipun dilakukan training kepada staf di RS. Kariadi tetapi pada pelaksanaannya dilakukan oleh dari AIVITA Biomedica Inc, USA. Ada beberapa komponen tambahan dalam sediaan vaksin yg tidak diketahui isinya & regu dari RS. Kariadi tidak memahami," tulis Penny.
BPOM menyebut, riset Vaksin Nusantara harus dikembangkan lagi di fase praklinik sebelum masuk ke uji klinik untuk mendapatkan 'basic concept yg jelas'.
Penelitian praklinik, yg juga dipermasalahkan BPOM, sebaiknya dilakukan dengan pendampingan Kemenristek/BRIN.(pikiran-rakyat.bekasi.com)
NB: Semua berita ini diambil dari internet