Menag Gus Yaqut di DPR: Orang Disuruh Doa Kok Ribut, Apa Salahnya Doa? merupakan berita Hangat N3 di 2020.
Online - Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas merasa heran dengan polemik atas pernyataan dirinya yg meminta supaya di setiap acara diselingi dengan doa dari seluruh agama di Indonesia. Yaqut bertanya apa yg jadi kesalahan dari pembacaan doa tersebut.
Hal itu ia hinggakan di dalam rapat dengan Komisi VIII DPR, menanggapi pertanyaan Anggota Komisi VIII, Jefri Romdonny.
"Kiai Jefri nanya soal doa untuk semua. Jadi salahnya doa ini apa sih. Orang disuruh doa kok ribut, salahnya doa ini apa? Ini pertanyaan saya, saya boleh dong nanya. Salah doanya apa, kan gak ada salahnya?" ujar Yaqut, Kamis (8/4/2021).
Yaqut mengatakan dirinya memiliki anggapan bahwa orang yg dekat dengan Tuhan dalam hal ini orang yg memanjatkan doa maka orang tersebut akan jauh dari perilaku koruptif & perilaku-perilaku tercela lainnya.
Ia justru merasa aneh kalau dalam acara & kegiatan yg dihadiri oleh seluruh umat beragama kemudian cuma diselingi dengan doa dari keyakinan umat muslim.
"Ketika mereka ingat Tuhannya maka perilaku-perilaku koruptif, perilaku kurang baik itu otomatis akan jauh dari perilaku pelayanan mereka kepada masyarakat. Itu asumsinya. Itu asumsi, apakah itu benar ya masing-masing person saya kira," mengatakan Yaqut.
"Dengan doa mejauhkan perilaku atau gak, kalau doa saja sudah tidak menjauhkan dia dari perilaku buruk terus apalagi yg dapat menjauhkan mereka kecuali maut. Kira-kira begitu," ujarnya.
Kendati begitu, Yaqut menegaskan bahwa instruksi pembacaan doa seluruh agama itu cuma diterapkan untuk kegiatan Kementerian Agama & tidak untuk eksternal.
"Iyaa & itu cuma berlaku di Kementerian agama pas rakernas di mana semua pegawai ikut. Dan saya tidak pernah mencoba mengubah misalnya praktik doa di acara kenegaraan, tidak," tegasnya.
Diketahui, Menag Yaqut Cholil Qoumas meminta sesi doa setiap acara yg berlangsung di Kementerian Agama tak cuma diisi doa untuk agama Islam, tetapi semua agama.
Gus Yaqut menciptakan seruan itu saat membuka rapat kerja nasional Kemenag secara daring & luring, Senin hingga Rabu (5-7/4/2021).
"Pagi hari ini saya bahagia rakernas dimulai dengan pembacaan ayat suci Alquran. Ini memberikan pencerahan sekaligus penyegaran untuk kita semua. Tapi akan lebih indah kalau doanya diberikan kesempatan semua agama untuk memberikan doa," mengatakan Yaqut.
Menurut dia, seruan itu sebagai otokritik kepada lembaga yg dipimpinnya. Sebab dalam setiap kesempatan acara di Kemenag, cuma menyertakan doa untuk agama Islam.
Ia harap supaya Kemenag jadi rumah bagi seluruh agama yg ada di Indonesia, melayani & memberikan kesempatan yg sama.
Bahkan ia menyebut pembacaan doa untuk agama tertentu saja, tak ubahnya seperti acara organisasi kemasyarakatan.
"Jadi jangan ini kesannya kita ini sedang rapat Ormas kegiatan agama, Ormas Islam Kementerian Agama. Kita sedang mengerjakan Rakernas Kementerian Agama yg di dalamnya bukan cuma urusan agama Islam saja," mengatakan dia.
Yaqut menegaskan, Kemenag harus jadi contoh dalam menjunjung tinggi moderasi agama.
Ia tidak harap Kemenag yg menggembar-gemborkan moderasi beragama, namun pada praktiknya berseberangan.
"Jadikan lebih enak dilihat kalau semua agama yg jadi urusan sama-sama menyampaikan doanya. Ini otokritik, jangan hingga muncul paradoks. Jadi kita harap kementerian ini melayani semua agama, tetapi dalam prilaku kita tidak mencerminkan itu," mengatakan dia.(suara.com)
NB: Semua berita ini diambil dari internet

Online - Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas merasa heran dengan polemik atas pernyataan dirinya yg meminta supaya di setiap acara diselingi dengan doa dari seluruh agama di Indonesia. Yaqut bertanya apa yg jadi kesalahan dari pembacaan doa tersebut.
Hal itu ia hinggakan di dalam rapat dengan Komisi VIII DPR, menanggapi pertanyaan Anggota Komisi VIII, Jefri Romdonny.
"Kiai Jefri nanya soal doa untuk semua. Jadi salahnya doa ini apa sih. Orang disuruh doa kok ribut, salahnya doa ini apa? Ini pertanyaan saya, saya boleh dong nanya. Salah doanya apa, kan gak ada salahnya?" ujar Yaqut, Kamis (8/4/2021).
Yaqut mengatakan dirinya memiliki anggapan bahwa orang yg dekat dengan Tuhan dalam hal ini orang yg memanjatkan doa maka orang tersebut akan jauh dari perilaku koruptif & perilaku-perilaku tercela lainnya.
Ia justru merasa aneh kalau dalam acara & kegiatan yg dihadiri oleh seluruh umat beragama kemudian cuma diselingi dengan doa dari keyakinan umat muslim.
"Ketika mereka ingat Tuhannya maka perilaku-perilaku koruptif, perilaku kurang baik itu otomatis akan jauh dari perilaku pelayanan mereka kepada masyarakat. Itu asumsinya. Itu asumsi, apakah itu benar ya masing-masing person saya kira," mengatakan Yaqut.
"Dengan doa mejauhkan perilaku atau gak, kalau doa saja sudah tidak menjauhkan dia dari perilaku buruk terus apalagi yg dapat menjauhkan mereka kecuali maut. Kira-kira begitu," ujarnya.
Kendati begitu, Yaqut menegaskan bahwa instruksi pembacaan doa seluruh agama itu cuma diterapkan untuk kegiatan Kementerian Agama & tidak untuk eksternal.
"Iyaa & itu cuma berlaku di Kementerian agama pas rakernas di mana semua pegawai ikut. Dan saya tidak pernah mencoba mengubah misalnya praktik doa di acara kenegaraan, tidak," tegasnya.
Diketahui, Menag Yaqut Cholil Qoumas meminta sesi doa setiap acara yg berlangsung di Kementerian Agama tak cuma diisi doa untuk agama Islam, tetapi semua agama.
Gus Yaqut menciptakan seruan itu saat membuka rapat kerja nasional Kemenag secara daring & luring, Senin hingga Rabu (5-7/4/2021).
"Pagi hari ini saya bahagia rakernas dimulai dengan pembacaan ayat suci Alquran. Ini memberikan pencerahan sekaligus penyegaran untuk kita semua. Tapi akan lebih indah kalau doanya diberikan kesempatan semua agama untuk memberikan doa," mengatakan Yaqut.
Menurut dia, seruan itu sebagai otokritik kepada lembaga yg dipimpinnya. Sebab dalam setiap kesempatan acara di Kemenag, cuma menyertakan doa untuk agama Islam.
Ia harap supaya Kemenag jadi rumah bagi seluruh agama yg ada di Indonesia, melayani & memberikan kesempatan yg sama.
Bahkan ia menyebut pembacaan doa untuk agama tertentu saja, tak ubahnya seperti acara organisasi kemasyarakatan.
"Jadi jangan ini kesannya kita ini sedang rapat Ormas kegiatan agama, Ormas Islam Kementerian Agama. Kita sedang mengerjakan Rakernas Kementerian Agama yg di dalamnya bukan cuma urusan agama Islam saja," mengatakan dia.
Yaqut menegaskan, Kemenag harus jadi contoh dalam menjunjung tinggi moderasi agama.
Ia tidak harap Kemenag yg menggembar-gemborkan moderasi beragama, namun pada praktiknya berseberangan.
"Jadikan lebih enak dilihat kalau semua agama yg jadi urusan sama-sama menyampaikan doanya. Ini otokritik, jangan hingga muncul paradoks. Jadi kita harap kementerian ini melayani semua agama, tetapi dalam prilaku kita tidak mencerminkan itu," mengatakan dia.(suara.com)
NB: Semua berita ini diambil dari internet