Pakar Asing Bingung Bagaimana Indonesia Angkat Kapal Seberat 1.400 Ton dari Laut Sedalam 800 Meter merupakan berita Hangat N3 di 2020.
Online - Militer Indonesia & regu penyelamat kini menghadapi tantangan baru dalam mengevakuasi 53 jenazah awak kapal selam KRI Nanggala-402. Bagaimana skenario evakuasi tersebut?
Kapal selam TNI Angkatan Laut (AL) itu dinyatakan tenggelam di kedalaman 838 meter di perairan Bali setelah hilang kontak sejak Rabu pekan lalu. Sebanyak 53 awaknya sudah dinyatakan gugur.
TNI AL bertekad untuk mengangkat kapal selam tersebut bersama jenazah para awaknya.
"Mengangkat kapal selam adalah prestasi logistik yg sangat, sangat signifikan," mengatakan Frank Owen, pakar & sekretaris di Submarine Institute of Australia, kepada ABC, Selasa (27/4/2021).
"Mengambil jenazah satu per satu, atau tanpa mengangkat seluruh kapal selam, akan jadi tantangan nyata," katanya lagi.
"Anda benar-benar berurusan dengan kendaraan yg dioperasikan dari jarak jauh, yg belum tentu memiliki kerumitan & kemampuan tangan untuk mengendalikan beberapa bagian tubuh."
Sekadar perbandingan, dia memaparkan kapal selam nuklir Rusia; Kursk, tenggelam di Laut Barents pada 12 Agustus 2000 & baru dapat dianggkat tahun 2001 atau butuh waktu setahun.
Kapal selam Kursk yg beratnya sekitar 20.000 ton diangkat dari kedalaman lebih dari 100 meter.
Sebaliknya, KRI Nanggala-402 jauh lebih ringan, yakni 1.400 ton, tetapi juga jauh lebih dalam, yakni lebih dari 800 meter.
"Tapi bahkan untuk mengangkat kapal selam seberat 1.400 ton dari dasar laut membutuhkan banyak logistik," ujarnya.
"Anda harus menyiapkan kapal yg tepat, Anda kemudian harus turun ke dasar laut, & [hampir] 840 meter adalah jalan yg panjang," ujar Owen.
"Anda kemudian harus mendapatkan semacam pengapungan di kapal selam, yg biasanya berupa tas berisi solar yg kemudian dapat memberikan daya apung--udara tidak berguna di kedalaman itu.".(wartaekonomi.co.id
NB: Semua berita ini diambil dari internet

Online - Militer Indonesia & regu penyelamat kini menghadapi tantangan baru dalam mengevakuasi 53 jenazah awak kapal selam KRI Nanggala-402. Bagaimana skenario evakuasi tersebut?
Kapal selam TNI Angkatan Laut (AL) itu dinyatakan tenggelam di kedalaman 838 meter di perairan Bali setelah hilang kontak sejak Rabu pekan lalu. Sebanyak 53 awaknya sudah dinyatakan gugur.
TNI AL bertekad untuk mengangkat kapal selam tersebut bersama jenazah para awaknya.
"Mengangkat kapal selam adalah prestasi logistik yg sangat, sangat signifikan," mengatakan Frank Owen, pakar & sekretaris di Submarine Institute of Australia, kepada ABC, Selasa (27/4/2021).
"Mengambil jenazah satu per satu, atau tanpa mengangkat seluruh kapal selam, akan jadi tantangan nyata," katanya lagi.
"Anda benar-benar berurusan dengan kendaraan yg dioperasikan dari jarak jauh, yg belum tentu memiliki kerumitan & kemampuan tangan untuk mengendalikan beberapa bagian tubuh."
Sekadar perbandingan, dia memaparkan kapal selam nuklir Rusia; Kursk, tenggelam di Laut Barents pada 12 Agustus 2000 & baru dapat dianggkat tahun 2001 atau butuh waktu setahun.
Kapal selam Kursk yg beratnya sekitar 20.000 ton diangkat dari kedalaman lebih dari 100 meter.
Sebaliknya, KRI Nanggala-402 jauh lebih ringan, yakni 1.400 ton, tetapi juga jauh lebih dalam, yakni lebih dari 800 meter.
"Tapi bahkan untuk mengangkat kapal selam seberat 1.400 ton dari dasar laut membutuhkan banyak logistik," ujarnya.
"Anda harus menyiapkan kapal yg tepat, Anda kemudian harus turun ke dasar laut, & [hampir] 840 meter adalah jalan yg panjang," ujar Owen.
"Anda kemudian harus mendapatkan semacam pengapungan di kapal selam, yg biasanya berupa tas berisi solar yg kemudian dapat memberikan daya apung--udara tidak berguna di kedalaman itu.".(wartaekonomi.co.id
NB: Semua berita ini diambil dari internet