Raja Divaksin Sinopharm di UEA, Warga Malaysia Marah, Ini Alasannya merupakan berita Hangat N3 di 2020.
Online - Tagar #kerajaangagal & #Agong tengah trending di jagat Twitter di Malaysia. Biasanya disertai dengan kritik terkait vaksinasi yg ditujukan kepada pemerintah serta Raja Malaysia Sultan Abdullah Ahmad Shah. Penduduk marah karena mereka dirasa tidak adil akibat penyalahgunaan kekuasaan dari penguasa. Dua tagar itu sudah dipakai lebih dari 10 ribu kali.
”Apakah raja kita tersayang diam-diam mengerjakan vaksinasi untuk dirinya & teman-temannya & dengan bantuan #kerajaangagal berusaha untuk tutup mulut?” ujar salah satu pengguna Twitter Zhan H. seperti dikutip The Straits Times.
Kritik yg bermunculan itu bermula dari unggahan kanal berita Asia Sentinel. Mereka menulis bahwa Sultan Abdullah, Menteri Luar Negeri Hishammuddin Hussein, & Jaksa Agung Idrus Harun sudah divaksin dalam kunjungannya ke Uni Emirat Arab (UEA) Januari lalu. Mereka berjumpa dengan Putra Mahkota Abu Dhabi Sheikh Mohammed bin Zayed al-Nahyan. Mereka dikabarkan mengpakai vaksin Sinopharm buatan Tiongkok. Padahal, vaksin tersebut tidak memiliki persetujuan penggunaan di Malaysia.
Tak cukup hingga di situ, raja juga membawa pulang 2 ribu takaran vaksin untuk keluarga & teman-temannya. Berita itu langsung disanggah oleh Menteri Kesehatan Malaysia Adham Baba. ”Dari mana penulis mendapatkan sumber beritanya? Dia mencoba menciptakan persepsi negatif pada Malaysia,” tegas Adham seperti dikutip The Malaysian Insight. Dr Hanafiah Harunarashid yg dituding sebagai orang yg menyuntikkan vaksin juga membantah tudingan netizen.
Pemerintah & semua yg terlibat boleh membantah, tetapi bukti sudah terbuka. Sebelum ramai kritik itu, Permaisuri Agung Tunku Azizah Iskandar mengunggah status di akun Instagram-nya. Yaitu, dia sudah menerima dua takaran vaksin Covid-19. Gara-gara kritik yg meluas, unggahan itu sudah dihapus. Beberapa pengikut Tunku Azizah meminta klarifikasi, tetapi dia memilih bungkam.
Akun Instragram pribadi permaisuri yg selama ini dihandel oleh @airtangan_tunkuazizah dua hari ini tidak dapat diakses. Kemungkinan akun tersebut sudah dihapus.
Sentimen kepada pemerintah kian negatif karena ada standar ganda untuk pejabat pemerintah. Penduduk didenda cukup banyak & bahkan dapat dipenjara kalau melanggar protokol kesehatan. Di sisi lain, para politikus diperlakukan berbeda. Padahal, meski protokolnya sangat ketat, angka penularan Covid-19 di Malaysia terus meroket. Selama lima hari terakhir, angka penularan harian mencapai lebih dari 2 ribu kasus.
Tokoh oposisi Anwar Ibrahim menuding pemerintah mempersulit pihak swasta & negara bagian untuk mendapatkan vaksin dari produsen. Misalnya saja pemerintah Selangor yg harus menunggu berbulan-bulan untuk mendapatkan persetujuan membeli 2 juta takaran vaksin. Padahal, alokasi dana sudah siap. Hal serupa juga dialami Sarawak.
”Pemerintah federal tidak perlu jadi entitas yg membeli & mengelola setiap dosis,” tegas Anwar kemarin (20/4) seperti dikutip Channel News Asia.(jawapos.com)
NB: Semua berita ini diambil dari internet

Online - Tagar #kerajaangagal & #Agong tengah trending di jagat Twitter di Malaysia. Biasanya disertai dengan kritik terkait vaksinasi yg ditujukan kepada pemerintah serta Raja Malaysia Sultan Abdullah Ahmad Shah. Penduduk marah karena mereka dirasa tidak adil akibat penyalahgunaan kekuasaan dari penguasa. Dua tagar itu sudah dipakai lebih dari 10 ribu kali.
”Apakah raja kita tersayang diam-diam mengerjakan vaksinasi untuk dirinya & teman-temannya & dengan bantuan #kerajaangagal berusaha untuk tutup mulut?” ujar salah satu pengguna Twitter Zhan H. seperti dikutip The Straits Times.
Kritik yg bermunculan itu bermula dari unggahan kanal berita Asia Sentinel. Mereka menulis bahwa Sultan Abdullah, Menteri Luar Negeri Hishammuddin Hussein, & Jaksa Agung Idrus Harun sudah divaksin dalam kunjungannya ke Uni Emirat Arab (UEA) Januari lalu. Mereka berjumpa dengan Putra Mahkota Abu Dhabi Sheikh Mohammed bin Zayed al-Nahyan. Mereka dikabarkan mengpakai vaksin Sinopharm buatan Tiongkok. Padahal, vaksin tersebut tidak memiliki persetujuan penggunaan di Malaysia.
Tak cukup hingga di situ, raja juga membawa pulang 2 ribu takaran vaksin untuk keluarga & teman-temannya. Berita itu langsung disanggah oleh Menteri Kesehatan Malaysia Adham Baba. ”Dari mana penulis mendapatkan sumber beritanya? Dia mencoba menciptakan persepsi negatif pada Malaysia,” tegas Adham seperti dikutip The Malaysian Insight. Dr Hanafiah Harunarashid yg dituding sebagai orang yg menyuntikkan vaksin juga membantah tudingan netizen.
Pemerintah & semua yg terlibat boleh membantah, tetapi bukti sudah terbuka. Sebelum ramai kritik itu, Permaisuri Agung Tunku Azizah Iskandar mengunggah status di akun Instagram-nya. Yaitu, dia sudah menerima dua takaran vaksin Covid-19. Gara-gara kritik yg meluas, unggahan itu sudah dihapus. Beberapa pengikut Tunku Azizah meminta klarifikasi, tetapi dia memilih bungkam.
Akun Instragram pribadi permaisuri yg selama ini dihandel oleh @airtangan_tunkuazizah dua hari ini tidak dapat diakses. Kemungkinan akun tersebut sudah dihapus.
Sentimen kepada pemerintah kian negatif karena ada standar ganda untuk pejabat pemerintah. Penduduk didenda cukup banyak & bahkan dapat dipenjara kalau melanggar protokol kesehatan. Di sisi lain, para politikus diperlakukan berbeda. Padahal, meski protokolnya sangat ketat, angka penularan Covid-19 di Malaysia terus meroket. Selama lima hari terakhir, angka penularan harian mencapai lebih dari 2 ribu kasus.
Tokoh oposisi Anwar Ibrahim menuding pemerintah mempersulit pihak swasta & negara bagian untuk mendapatkan vaksin dari produsen. Misalnya saja pemerintah Selangor yg harus menunggu berbulan-bulan untuk mendapatkan persetujuan membeli 2 juta takaran vaksin. Padahal, alokasi dana sudah siap. Hal serupa juga dialami Sarawak.
”Pemerintah federal tidak perlu jadi entitas yg membeli & mengelola setiap dosis,” tegas Anwar kemarin (20/4) seperti dikutip Channel News Asia.(jawapos.com)
NB: Semua berita ini diambil dari internet