Sindir Jokowi Layak Diberhentikan, Wartawan Senior: Dia Gak Dapat Qunut merupakan berita Hangat N3 di 2020.
Online - Wartawan senior, Edy A Effendi menilai bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) layak diberhentikan dari jabatannya.
Pernyataan itu ia hinggakan berbarengan dengan sindirannya kepada Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.
Menurut Effendi, keduanya layak untuk dicopot dari jabatannya masing-masing.
Hal ini dikarenakan keduanya tak dapat qunut (gerakan salat yg bersifat sunnah).
Pada cuitan yg ia bagikan melalui akun Twitter miliknya, Effendi mengatakan bahwa kedua tokoh tersebut bukanlah bagian dari Muhammadiyah bahkan Nahdlatul Ulama.
“Pak Jokowi & Pak Prabowo gak dapat qunut. Muhammadiyah bukan, NU bukan. Layak diberhentikan,” cuitnya dikutip oleh terkini.id, Jumat 7 Mei 2021.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa atas dasar hal tersebut, Jokowi & Prabowo dinilai radikal.
“Dua-duanya radikal,” timpalnya.
Sebelumnya, isu tentang gerakan qunut di salat subuh jadi buah bibir masyarakat karena diduga masuk sebagai pertanyaan pada tes ASN KPK.
Beberapa pegawai KPK mengaku bahwa ditanyakan tentang qunut tersebut.
Tak cuma itu, mengutip dari Tempo, dibagian esai, mengatakan salah satu pegawai, mereka dimintai pendapat mengenai Partai Komunis Indonesia, Front Pembela Islam, Hizbut Tahrir Indonesia, serta LGBT & Transgender.
Pertanyaan serupa juga ditanyakan kepada bagi pegawai non-Muslim dengan alasan indikasi radikal.(terkini.id)
NB: Semua berita ini diambil dari internet

Online - Wartawan senior, Edy A Effendi menilai bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) layak diberhentikan dari jabatannya.
Pernyataan itu ia hinggakan berbarengan dengan sindirannya kepada Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.
Menurut Effendi, keduanya layak untuk dicopot dari jabatannya masing-masing.
Hal ini dikarenakan keduanya tak dapat qunut (gerakan salat yg bersifat sunnah).
Pada cuitan yg ia bagikan melalui akun Twitter miliknya, Effendi mengatakan bahwa kedua tokoh tersebut bukanlah bagian dari Muhammadiyah bahkan Nahdlatul Ulama.
“Pak Jokowi & Pak Prabowo gak dapat qunut. Muhammadiyah bukan, NU bukan. Layak diberhentikan,” cuitnya dikutip oleh terkini.id, Jumat 7 Mei 2021.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa atas dasar hal tersebut, Jokowi & Prabowo dinilai radikal.
“Dua-duanya radikal,” timpalnya.
Sebelumnya, isu tentang gerakan qunut di salat subuh jadi buah bibir masyarakat karena diduga masuk sebagai pertanyaan pada tes ASN KPK.
Beberapa pegawai KPK mengaku bahwa ditanyakan tentang qunut tersebut.
Tak cuma itu, mengutip dari Tempo, dibagian esai, mengatakan salah satu pegawai, mereka dimintai pendapat mengenai Partai Komunis Indonesia, Front Pembela Islam, Hizbut Tahrir Indonesia, serta LGBT & Transgender.
Pertanyaan serupa juga ditanyakan kepada bagi pegawai non-Muslim dengan alasan indikasi radikal.(terkini.id)
NB: Semua berita ini diambil dari internet