Vaksin Nusantara Dituding Bukan Karya Anak Bangsa, Penelitinya Meradang merupakan berita Hangat N3 di 2020.
Online - Salah satu peneliti vaksin Nusantara dr Muhammad Karyana angkat bicara usai vaksinnya ramai dituding bukan karya anak bangsa. Ia berdalih, bantuan dari Amerika Serikat atau pihak AIVITA Biomedical cuma sebatas transfer alih teknologi.
Menurutnya, penelitian vaksin berbasis sel dendritik ini tentu akan dikembangkan secara mandiri.
"Darahnya darah siapa, yg ngerjain siapa begitu? itu apa semua orang AS datang sendiri? Ya makanya nanti kita harapkan kalau di RSUP dr Kariadi sudah dapat, maka dapat mengajak RS lain," mengatakan dr Karyana, dikutip dari CNNIndonesia.
Badan Pengawas Obat & Makanan (BPOM) sebelumnya juga mengungkap hasil hearing atau diskusi bersama para peneliti vaksin Nusantara 16 Maret 2021. Disebutkan, para peneliti tak menguasai proses pengembangan vaksin berteknologi dendritik.
Hal ini dibantah dr Karyana. Ditemui di Kantor Badan Penelitian & Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes), ia menyebut seluruh peneliti sudah menguasai proses pengembangan & penggunaan sel dendritik pada relawan uji vaksin Nusantara meski tak menampik kenyataan di uji Fase I, ada 3 subjek pilot project yg dikerjakan peneliti AIVITA dari AS.
Perihal vaksin yg disebut-sebut memakan biaya mahal, dr Karyana juga keberatan. Ia menegaskan vaksin Nusantara justru dapat memangkas biaya penyimpanan & distribusi karena tak membutuhkan cold chain.
"Mungkin mahal yg dimaksud itu cuma proses waktu dibuat. Tapi adanya transfer alih teknologi ya itu kita harapkan dapat buat sendiri, & nanti lebih murah," tuturnya.
dr Karyana yg juga Pelaksana Tugas Kepala Pusat Penelitian & Pengembangan Sumber Daya & Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) membenarkan pembiayaan uji Fase I mengalir dari Balitbangkes, Kemenkes. Namun, soal informasi aliran dana yg beredar mencapai Rp 29 miliar menurutnya keliru.
"Iya (didanai), tetapi tidak (29 miliar), belum. Uji klinis Fase I cuma 28 orang, cuma berapa, itu juga beberapa akbar uangnya dipakai untuk beli peralatan yg kita taruh di RSUP dr Kariadi," mengatakan dr Karyana tanpa memastikan detail jumlah dana yg diberikan pada uji fase I vaksin Nusantara.
Kata dia, pembiayaan vaksin Nusantara kini sudah disetop sejak Terawan Agus Putranto tak lagi menjabat sebagai Menkes & digantikan Budi Gunadi Sadikin.
"Iya dihentikan setelah beliau diganti," pungkasnya.
dr Karyana menyebut pembiayaan vaksin Nusantara wajar karena kalau berhasil, dapat memenuhi pasokan vaksin Corona di Indonesia.(detik.com)
NB: Semua berita ini diambil dari internet

Online - Salah satu peneliti vaksin Nusantara dr Muhammad Karyana angkat bicara usai vaksinnya ramai dituding bukan karya anak bangsa. Ia berdalih, bantuan dari Amerika Serikat atau pihak AIVITA Biomedical cuma sebatas transfer alih teknologi.
Menurutnya, penelitian vaksin berbasis sel dendritik ini tentu akan dikembangkan secara mandiri.
"Darahnya darah siapa, yg ngerjain siapa begitu? itu apa semua orang AS datang sendiri? Ya makanya nanti kita harapkan kalau di RSUP dr Kariadi sudah dapat, maka dapat mengajak RS lain," mengatakan dr Karyana, dikutip dari CNNIndonesia.
Badan Pengawas Obat & Makanan (BPOM) sebelumnya juga mengungkap hasil hearing atau diskusi bersama para peneliti vaksin Nusantara 16 Maret 2021. Disebutkan, para peneliti tak menguasai proses pengembangan vaksin berteknologi dendritik.
Hal ini dibantah dr Karyana. Ditemui di Kantor Badan Penelitian & Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes), ia menyebut seluruh peneliti sudah menguasai proses pengembangan & penggunaan sel dendritik pada relawan uji vaksin Nusantara meski tak menampik kenyataan di uji Fase I, ada 3 subjek pilot project yg dikerjakan peneliti AIVITA dari AS.
Perihal vaksin yg disebut-sebut memakan biaya mahal, dr Karyana juga keberatan. Ia menegaskan vaksin Nusantara justru dapat memangkas biaya penyimpanan & distribusi karena tak membutuhkan cold chain.
"Mungkin mahal yg dimaksud itu cuma proses waktu dibuat. Tapi adanya transfer alih teknologi ya itu kita harapkan dapat buat sendiri, & nanti lebih murah," tuturnya.
dr Karyana yg juga Pelaksana Tugas Kepala Pusat Penelitian & Pengembangan Sumber Daya & Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) membenarkan pembiayaan uji Fase I mengalir dari Balitbangkes, Kemenkes. Namun, soal informasi aliran dana yg beredar mencapai Rp 29 miliar menurutnya keliru.
"Iya (didanai), tetapi tidak (29 miliar), belum. Uji klinis Fase I cuma 28 orang, cuma berapa, itu juga beberapa akbar uangnya dipakai untuk beli peralatan yg kita taruh di RSUP dr Kariadi," mengatakan dr Karyana tanpa memastikan detail jumlah dana yg diberikan pada uji fase I vaksin Nusantara.
Kata dia, pembiayaan vaksin Nusantara kini sudah disetop sejak Terawan Agus Putranto tak lagi menjabat sebagai Menkes & digantikan Budi Gunadi Sadikin.
"Iya dihentikan setelah beliau diganti," pungkasnya.
dr Karyana menyebut pembiayaan vaksin Nusantara wajar karena kalau berhasil, dapat memenuhi pasokan vaksin Corona di Indonesia.(detik.com)
NB: Semua berita ini diambil dari internet