Setelah satu tahun tetap memegang janjinya dalam Kesepakatan Nuklir Iran yang telah ditinggalkan Amerika Serikat pada awal 2018, Tehran mengatakan mereka akan melepaskan diri dari persyaratan yang sebelumnya ditetapkan. Iran berjanji untuk menindaklanjuti hari Minggu (7/7) tentang ancamannya untuk meningkatkan tingkat pengayaan uraniumnya, yang merupakan pelanggaran yang lebih serius yang menurut beberapa ahli akan membawa Iran lebih dekat menuju proses untuk mendapatkan senjata nuklir. Langkah-langkah tersebut menambah volatilitas pada situasi yang sudah genting di Timur Tengah, di mana ketegangan AS-Iran tetap tinggi.
Oleh: Rebecca Kheel (The Hill)
Iran akan melanggar kesepakatan nuklir tahun 2015 untuk kedua kalinya dalam beberapa minggu ketika meningkatkan tuntutannya untuk bantuan sanksi. Negara itu melanggar batas utama yang ditentukan oleh kesepakatan nuklir untuk pertama kalinya beberapa hari yang lalu, menimbun uranium pengayaan rendah di atas tingkat yang diizinkan.
Sekarang, Iran berjanji untuk menindaklanjuti hari Minggu (7/7) tentang ancamannya untuk meningkatkan tingkat pengayaan uraniumnya, yang merupakan pelanggaran yang lebih serius yang menurut beberapa ahli akan membawa Iran lebih dekat menuju proses untuk mendapatkan senjata nuklir.
Langkah-langkah tersebut menambah volatilitas pada situasi yang sudah genting di Timur Tengah, di mana ketegangan AS-Iran tetap tinggi. Berikut ini lima hal yang perlu diketahui tentang pelanggaran perjanjian nuklir Iran.
1. APA YANG SUDAH DILAKUKAN IRAN
Hari Senin (1/7), media pemerintah Iran mengumumkan negara itu telah melampaui batas uranium pengayaan rendah yang diizinkan untuk ditimbun. Di bawah perjanjian nuklir tahun 2015, yang terkadang disebut dengan Rencana Aksi Komprehensif Bersama (Joint Comprehensive Plan of Action/JCPOA), Iran diizinkan untuk menyimpan tidak lebih dari 300 kilogram uranium pengayaan rendah.
Kesepakatan itu dinegosiasikan oleh pemerintahan mantan Presiden AS Barack Obama dan ditandatangani bersama oleh Inggris, Jerman, Prancis, China, dan Rusia. Presiden AS Donald Trump menarik Amerika Serikat dari kesepakatan tersebut tahun 2018.
Organisasi internasional yang memantau kepatuhan Iran terhadap perjanjian itu, Badan Energi Atom Internasional (IAEA), mengonfirmasi hari Senin (1/7) malam bahwa Iran telah melanggar batas persediaan.
Berita itu memang telah diduga. Iran mengumumkan bulan Mei 2019 bahwa mereka telah meningkatkan kapasitas produksi uraniumnya empat kali lipat dan mengumumkan pada pertengahan Juni 2019 bahwa mereka akan melampaui batas persediaan pada akhir bulan.
Baca Artikel Selengkapnya di sini
Oleh: Rebecca Kheel (The Hill)
Iran akan melanggar kesepakatan nuklir tahun 2015 untuk kedua kalinya dalam beberapa minggu ketika meningkatkan tuntutannya untuk bantuan sanksi. Negara itu melanggar batas utama yang ditentukan oleh kesepakatan nuklir untuk pertama kalinya beberapa hari yang lalu, menimbun uranium pengayaan rendah di atas tingkat yang diizinkan.
Sekarang, Iran berjanji untuk menindaklanjuti hari Minggu (7/7) tentang ancamannya untuk meningkatkan tingkat pengayaan uraniumnya, yang merupakan pelanggaran yang lebih serius yang menurut beberapa ahli akan membawa Iran lebih dekat menuju proses untuk mendapatkan senjata nuklir.
Langkah-langkah tersebut menambah volatilitas pada situasi yang sudah genting di Timur Tengah, di mana ketegangan AS-Iran tetap tinggi. Berikut ini lima hal yang perlu diketahui tentang pelanggaran perjanjian nuklir Iran.
1. APA YANG SUDAH DILAKUKAN IRAN
Hari Senin (1/7), media pemerintah Iran mengumumkan negara itu telah melampaui batas uranium pengayaan rendah yang diizinkan untuk ditimbun. Di bawah perjanjian nuklir tahun 2015, yang terkadang disebut dengan Rencana Aksi Komprehensif Bersama (Joint Comprehensive Plan of Action/JCPOA), Iran diizinkan untuk menyimpan tidak lebih dari 300 kilogram uranium pengayaan rendah.
Kesepakatan itu dinegosiasikan oleh pemerintahan mantan Presiden AS Barack Obama dan ditandatangani bersama oleh Inggris, Jerman, Prancis, China, dan Rusia. Presiden AS Donald Trump menarik Amerika Serikat dari kesepakatan tersebut tahun 2018.
Organisasi internasional yang memantau kepatuhan Iran terhadap perjanjian itu, Badan Energi Atom Internasional (IAEA), mengonfirmasi hari Senin (1/7) malam bahwa Iran telah melanggar batas persediaan.
Berita itu memang telah diduga. Iran mengumumkan bulan Mei 2019 bahwa mereka telah meningkatkan kapasitas produksi uraniumnya empat kali lipat dan mengumumkan pada pertengahan Juni 2019 bahwa mereka akan melampaui batas persediaan pada akhir bulan.
Baca Artikel Selengkapnya di sini