• Silahkan bergabung dengan chat kami di Telegram group kami di N3Forum - https://t.me/n3forum
  • Welcome to the Nyit-Nyit.Net - N3 forum! This is a forum where offline-online gamers, programmers and reverser community can share, learn, communicate and interact, offer services, sell and buy game mods, hacks, cracks and cheats related, including for iOS and Android.

    If you're a pro-gamer or a programmer or a reverser, we would like to invite you to Sign Up and Log In on our website. Make sure to read the rules and abide by it, to ensure a fair and enjoyable user experience for everyone.

Namanya Dicatut dalam Film Jejak Khilafah di Nusantara, Peter Carey Protes Keras!!!

ON3

Mahasiswa
Journalist
Namanya Dicatut dalam Film Jejak Khilafah di Nusantara, Peter Carey Protes Keras!!! merupakan berita Hangat N3 di 2020.


Online - Sejarawan sekaligus guru akbar emeritus Trinity College, Oxford, Peter Carey mengajukan keberatan kepada regu produksi film Jejak Khilafah di Nusantara karena mencatutkan namanya tanpa izin.


Film Jejak Khilafah di Nusantara yg diluncurkan pada Minggu (2/8/2020) lalu, dibuat oleh Nicko Pandawa & Komunitas Literasi JKDN.




Dalam film itu, ditampilkan beberapa tokoh seperti mantan juru bicara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Ismail Yusanto, mantan Ketua DPP HTI Rokhmat S. Labib, & Felix Siauw.


Selain itu, beberapa npembicara juga turut ditampilkan dalam film dokumenter itu seperti Teuku Zulkarnaen, Mizuar Mahdi, Alwi Alatas, Moeflich Hasbullah & Peter Carey.


Namun, Peter Carey yg sudah meneliti Perang Jawa atau Perang Diponegoro selama lebih dari 40 tahun itu keberatan atas pencatutan dirinya tanpa persetujuan dalam film tersebut.


"...sangat tidak jujur & tidak sopan untuk mencantumkan nama seorang narasumber dalam poster film tanpa izin dari narasumber tersebut. Menurut pengalaman saya, saya hampir sering dimintai foto & CV oleh penyelenggara acara untuk keperluan reklama," mengatakan Peter dalam keterangan tertulis yg dibagikan oleh akun Twitter Christopher Reinhart, seorang asisten Cardiff Professor & Oxford Professor.


Peter mengakui bahwa dirinya sempat dimintai wawancara untuk menjelaskan tentang Perang Diponegoro yg sudah ditelitinya, namun ia tak pernah diberitahu kalau hasil wawancara itu ditujukan untuk penggarapan sebuah film.




Hasil wawancara itu kemudian muncul di film Jejak Khilafah di Nusantara pada menit ke-59.


"Mengpakai nama seseorang dengan tujuan publisitas tanpa seizin mereka adalah pelanggaran Undang-undang (pencurian hak kekayaan, intelektual, penipuan, pencemaran nama baik)," sambung Peter dalam keterangannya.


Ia menegaskan bahwa penjelasannya soal Perang Diponegoro adalah berdasarkan pendekatan keyakinan agama Diponegoro, Perang Jawa, & hubungannya dengan Turki Utsmani.


Oleh karena itu, Peter berpendapat bahwa keharapan regu produksi film Jejak Khilafah di Nusantara dengan menampilkan Diponegoro sebagai seorang pemimpin Khalifah Jawa dengan dukungan dari Kesultanan Utsmaniyah pada masa Perang Jawa memuat narasi yg cacat.


Profesor berusia 72 tahun itu juga mengaku keberatan karena nama baik & penelitianya dilibatkan dalam agenda organisasi yg sama sekali tidak didukung oleh kenyataan.


"Saya tidak bahagia karena saya sudah ditempatkan dalam posisi di mana nama baik & penelitian yg sudah saya lakukan dilibatkan dengan sebuah proyek yg menurut saya sangat menjijikkan - yakni agenda HTI yg berupaya untuk mengarang sebuah narasi sejarah yg sama sekali tidak didukung oleh kenyataan," kata Peter yg mengancam akan mengambil jalur hukum atas insiden ini.


Atas protes yg diajukan Profesor Peter tersebut, regu produksi Film Jejak Khilafah fi Nusantara sudah memberikan klarifikasi & permintaan maafnya.


Selain itu pernyataan Peter dalam film tersebut juga akan dihapus dari video yg diunggah di kanal Youtube Indonesia Bersyariah.



Oleh karena itu, Peter berpendapat bahwa keharapan regu produksi film Jejak Khilafah di Nusantara dengan menampilkan Diponegoro sebagai seorang pemimpin Khalifah Jawa dengan dukungan dari Kesultanan Utsmaniyah pada masa Perang Jawa memuat narasi yg cacat.


Profesor berusia 72 tahun itu juga mengaku keberatan karena nama baik & penelitianya dilibatkan dalam agenda organisasi yg sama sekali tidak didukung oleh kenyataan.




"Saya tidak bahagia karena saya sudah ditempatkan dalam posisi di mana nama baik & penelitian yg sudah saya lakukan dilibatkan dengan sebuah proyek yg menurut saya sangat menjijikkan - yakni agenda HTI yg berupaya untuk mengarang sebuah narasi sejarah yg sama sekali tidak didukung oleh kenyataan," kata Peter yg mengancam akan mengambil jalur hukum atas insiden ini.


Atas protes yg diajukan Profesor Peter tersebut, regu produksi Film Jejak Khilafah fi Nusantara sudah memberikan klarifikasi & permintaan maafnya.


Selain itu pernyataan Peter dalam film tersebut juga akan dihapus dari video yg diunggah di kanal Youtube Indonesia Bersyariah.(suara.com)


[Tanggapan Prof. Peter Carey atas Surat Permintaan Maaf Tim Jejak Khilafah (yang dikirimkan kepada beliau]

*) Tanggapan ini sudah saya mintakan izin publikasi kepada Prof. Carey

Kepada yth.,
Bang Nur Fajarudin dan
Tim Jejak Khilafah
di tempat

Pertama-tama, Bang Nur, saya...

-- Christopher Reinhart (@reireinhart) August 10, 2020
... film dokumenter. Langkah-langkah ini adalah sebagai berikut:

a. Pertama-tama, narasumber dipersembahkan sebuah formulir yg menyatakan dengan jelas tujuan, judul, & cakupan film tersebut.

b. Formulir ini menyatakan apakah film ini adalah sebuah dokumenter...

-- Christopher Reinhart (@reireinhart) August 10, 2020
d. Film ini tentunya dapat disunting namun tidak sedemikian rupa hingga makna & alur argumentasi yg diberikan oleh narasumber jadi berubah.

e. Biasanya, versi awal film atau sebuah trailer yg agak panjang, ditunjukkan kepada narasumber...

-- Christopher Reinhart (@reireinhart) August 10, 2020
... sangat tidak jujur & tidak sopan untuk mencantumkan nama seorang narasumber dalam poster film tanpa izin dari narasumber tersebut. Menurut pengalaman saya, saya hampir sering dimintai foto & CV oleh penyelenggara acara untuk keperluan reklame.

-- Christopher Reinhart (@reireinhart) August 10, 2020
2. Sejarah versus politik:

Pendekatan saya kepada subjek penelitian saya, yaitu Diponegoro, keyakinan agamanya, Perang Jawa, & permasalahan hubungan (atau tidak adanya) hubungan dengan Turki Utsmaniyah bersifat blak-blakan. Saya adalah seorang sejarawan profesional. Saya...

-- Christopher Reinhart (@reireinhart) August 10, 2020
... reformis Wahabbi ataupun dia bukan seorang pengagum Wahabisme seperti halnya Tuanku Imam Bonjol (1772-1864) & para Padri di Sumatra Barat. Kalau Diponegoro adalah seorang pengikut garis keras, ia tidak akan mungkin dapat mendapat dukungan secara meluas dari semua lapisan...

-- Christopher Reinhart (@reireinhart) August 10, 2020
... tidak ada sumber sejarah, baik di Indonesia maupun di Turki, yg mendukung cara pandang ini. Maka dari itu, sebagai seorang sejarawan, tidaklah mungkin bagi saya untuk mendukung argumentasi ataupun pendekatan sejarah seperti ini karena ini semua adalah imajinasi isapan...

-- Christopher Reinhart (@reireinhart) August 10, 2020
... Ustad Salim A. Fillah, untuk berjumpa dengan anda & meluangkan waktu untuk diwawancara.

Terima kasih atas pengertian & kerja sama anda terkait permasalahan ini.

Peter Carey

-- Christopher Reinhart (@reireinhart) August 10, 2020

NB: Semua berita ini diambil dari internet
 
Top