• Silahkan bergabung dengan chat kami di Telegram group kami di N3Forum - https://t.me/n3forum
  • Welcome to the Nyit-Nyit.Net - N3 forum! This is a forum where offline-online gamers, programmers and reverser community can share, learn, communicate and interact, offer services, sell and buy game mods, hacks, cracks and cheats related, including for iOS and Android.

    If you're a pro-gamer or a programmer or a reverser, we would like to invite you to Sign Up and Log In on our website. Make sure to read the rules and abide by it, to ensure a fair and enjoyable user experience for everyone.

Oh, Ujian Nasional (UN) itu begini?

dono

3 SMP
STAFF N3
Tukang Sapu
Hi all,
Sebelum membaca ini, perlu saya tekankan ini adalah hasil copasan dari sebuah blog yang saya yakini adanya fakta kebenaran didalamnya. Namun, 1st rule N3, Nyit-nyit tidak pernah memaksa, menyarankan, meyakini, atau mempercayai tulisan dibawah ini. Berikut isi tulisan di blog nya:

Tahun ini pertama kali saya memperoleh kehormatan sebagai pengawas Ujian Nasional! Wow. Saya menyebut kehormatan karena sejak bertugas sebagai guru PNS, baru tahun ini saya mendapatkan kesempatan. Keren sekali rasanya. Hi hi

Jauh-jauh hari sebelum UN, saya melakukan survei kecil-kecilan ke teman-teman guru. Hasil surveinya sangat menarik dan membuat saya penasaran. Mereka bilang kalau nantinya pengawas itu akan jadi boneka di ruang ujian. Waktu saya tanya, Kenapa? Kok gitu? Mereka menjawab, “Ntar kamu tahu sendiri”. Nah looh..?

Senin (14/4), saya tiba di sekolah tempat saya bertugas. Sekolah kecil yang ramai. Ada 2 lembaga pendidikan di sini, pendidikan menengah dan atas.

Pukul 7.00 WIB kami, para pengawas, memasuki ruang ujian. Anak-anak sudah berbaris rapi menunggu kami membuka pintu. Kami lalu mempersilahkan mereka masuk.

Hari pertama yang diujikan adalah Bahasa Indonesia. Soal dan Lembar Jawab Ujian Nasional (LJUN) kami bagikan. Segera saja mereka larut mengerjakan soal-soal. Wajah-wajah berpikir, mulut komat-kamit membaca soal dan tangan yang sesekali mencoretkan pensil ke soal ujian untuk menemukan jawaban itu membuat saya dan teman pengawas saya –yang kebetulan juga baru pertama kali jadi pengawas UN—saling memandang, saling menukar senyum dan lega.

Ya, UN kali ini berbeda. UN tahun ini tidak akan membuat kami seperti boneka! Dengan 20 paket soal dan barcode itu, pasti akan memaksa anak-anak untuk belajar. Dengan anak-anak menuliskan kalimat “saya jujur dalam mengerjakan soal-soal ujian” di LJUN itu, mudah-mudahan berhasil memberi sugesti untuk benar-benar berlaku jujur!

“Terima kasih atas hari ini ya. Terima kasih karena kalian sudah jujur, serius dan tertib dalam mengerjakan soal-soal ujian,” begitu kalimat spontan saya sebagai apresiasi untuk mereka saat bel tanda berakhirnya ujian berbunyi.

Hari pertama sukses!

Selasa (15/4). Jam pertama yang diujikan adalah Ekonomi. Anak-anak tenang dalam mengerjakan. Seperti kemarin:)

Dua puluh menit pertama, 2 orang panitia memasuki ruang ujian setelah sebelumnya meminta ijin kami untuk memberikan lembar kertas coret-coretan. Teman saya mempersilahkan mereka masuk. Saya hanya melihat mereka sekilas, lalu melanjutkan kembali melengkapi beberapa lembar administrasi UN.

Berikutnya, saya merasa ada yang aneh. Saya melihat mereka sewaktu memberikan kertas dengan mendatangi anak satu persatu, sambil membisikkan sesuatu.

Saya mencoba mencari tahu.

Tetapi teman pengawas saya bilang,

“Nggak ada apa-apa. Biasa…”

Well, saya kembali tenang karena saat itu Pengawas Satuan Pendidikan datang untuk menandatangani lembar Pakta Integeritas. Beliau jelas melihat apa yang dikerjakan 2 panitia tadi. Jadi, mungkin memang benar tidak ada apa-apa ya?

Belakangan, setelah ujian berakhir dan para pengawas menuju ke ruang pengawas, teman seruangan lain cerita kalau dia tahu dan melihat dengan jelas bahwa yang panitia edarkan tadi adalah kunci jawaban!

Goblok!

Saya merutuki diri saya sendiri. Kenapa sampai tidak ngeh? Kenapa mata saya tertipu waktu Pengawas Satuan Pendidikan masuk tadi?

Hancur hati saya. Saya merasa ditampar di depan anak-anak. Saya malu semalu-malunya!

Selanjutnya, ruang pengawas kedatangan tamu pengawas dari Dinas Dikpora Kabupaten. Beliau ngobrol dengan kepala sekolah, lalu berpesan kepada kami,

“Hari ini tidak ada kasus apa pun di sekolahan lho, ya? Tidak boleh ada cerita yang keluar dari sekolahan ini!”

Jam kedua dimulai. Bahasa Inggris kali ini. Saya melihat anak-anak tenang dalam mengerjakan. Jam kedua yang sangat lama karena saya terus meneteskan air mata. Saya memang bukan jenis orang yang bisa menahan apa-apa yang saya rasakan. Saya ingin ketemu kepala sekolah lagi. Saya ingin bicara.

Jam kedua berakhir.

Di ruang pengawas saya tidak menemukan Kepala Sekolah. Hanya ada 2 orang panitia yang tadi masuk ke ruang ujian. Mereka tersenyum dan menghampiri kami satu per satu. Dimulai dari teman saya yang duduk paling ujung sendiri.

“Ini buat ganti transport ke sini, Pak.”

Yang lalu direspon dengan ungkapan-ungkapan terima kasih. Demikian seterusnya hingga sampai di meja saya.

“Saya tidak usah, Pak. Terima kasih. Buat Bapak saja”, kata saya sambil meninggalkan ruang pengawas.

Saya mencari kepala sekolah dan akhirnya bertemu.

Kepala sekolah mohon maaf. Beliau sampaikan juga alasan kenapa sebelumnya tidak ada di tempat karena ada wartawan yang mewawancarainya.

Saya sampaikan kalau saya tidak dapat menerima kejadian tadi.

Saya tidak terima.

Hati saya sakit.

Saya bicara dalam keadaan marah sambil menangis lagi.

Kepala sekolah diam. Bengong. Lalu bicara.

“Ooh, tadi ada panitia masuk ya? Itu inisiatif panitia. Saya akan bicara ke mereka.”

Hari ke-3, Rabu (17/4).

Datang panitia sambil membawa kopi pagi.

“Ibu, nanti saya mau bicara,” begitu katanya.

Sambil mengawasi saya memantau anak-anak. Mereka tenang dan serius membaca soal-soal ujian.

Tidak dapat jawaban soal lagi. Itu jawaban mereka waktu saya tanya, apa mereka dapat kunci jawaban lagi?

“Ibu, saya mohon maafkan saya. Saya khilaf sudah memasukkan kunci jawaban ke ruangan-ruangan. Saya tidak tega dengan anak-anak. Saya cuma ingin membantu anak-anak. Saya mohon ibu tidak bicara ke siapa pun. Saya mohon amplopnya diterima..”

Tidak tega rasanya melihat ibu panitia yang satu ini. Beliau dikorbankan sebagai martir sekolah ini untuk mengakui bahwa yang mereka lakukan kemarin merupakan inisiatif dari beliau sendiri.

Sederhana saja saya menjawab.

“Karena ini kebenaran, saya tidak bisa berjanji tidak akan bicara. Karena kebenaran pasti akan terbuka pada waktunya.”

Saya merasa tidak ada beban, karena memang ini yang seharusnya dilakukan pengawas. Sesederhana itu.

“Pengawas itu tugasnya bukan untuk mengawasi. Tetapi membantu siswa. Membantu siswa untuk jujur!”

Pesan Kepala Sekolah tempat saya bekerja saat memberikan briefing pengawas UN, Kamis (11/4) lalu seperti menjadi mantera dan menjadi sumber kekuatan. Karena dari kalimat tersebut saya tahu bahwa beliau punya sikap yang sama. Jujur dalam UN!

Kamis (18/4) hari ke-4 Ujian Nasional! Last day!

Whispered conversation.

“Apa itu? Sini kasih ke ibu. Ibu lihat dari tadi tanganmu sibuk terus di bawah meja. Ibu lihat ada kertas yang kamu bawa. Sini lihat.”

“Nggak, Bu. Saya nggak bawa apa-apa.”

“Coba berdiri. Ibu Cuma pengen cek aja.”

“Tidak, Bu. Saya tidak bawa apa-apa,” jawabnya. Sambil menutup muka. Gemetar.

“Kertasnya bawa sini. Ibu mau lihat itu kertas apa. Kalau tidak mau, Ibu polisikan kamu!”

“Saya mau berikan, Bu. Tapi tolong nanti dikembalikan.”

“Baik. Ibu janji. Gurumu, Kepala Sekolahmu, tidak ada yang tahu kamu ngasih kertas itu ke Ibu.”

Deal.

Kunci Jawaban Geografi!

1.jpg

Dari ceritanya, anak tadi mendapat cetakan kunci jawaban dari luar. Bukan dari sekolah setempat.

Tiba saatnya pulang.

Sengaja saya pulang paling akhir agar saya dapat berbincang dengan Kepala Sekolah.

Sambil memberikan DVD Film Dokumenter tentang kecurangan UN “Temani Aku Bunda“, saya kembali menegaskan sikap saya bahwa saya menolak untuk berkompromi. Saya juga menyampaikan pesan kepada beliau untuk mengapresiasi anak-anak didiknya. Mereka telah berusaha dengan baik. Saya juga berharap pelaksanaan UN tahun depan lebih baik lagi.

Percakapan di mobil.

“Aku tahu arahmu, Nin. Kalau kamu nggak kuat melihat hal-hal seperti ini ya jangan jadi pengawas UN!”

Kalimat ini terus terang membuat hati saya sakit.

Teman senior ini bilang bahwa tahun ini pelaksanaan UN lebih baik karena tidak ada handphone yang terlihat di meja-meja.

Waktu saya tanya kenapa hp-hp itu tidak diambil, dijawabnya,

“Buat apa? Ini sama saja bunuh diri! Ini sudah sistemik. Tiap sekolah melakukan pembiaran seperti ini. Mungkin sekolah kita juga. Percuma dilawan!”

Bunuh diri. Pembiaran. Sistemik. Pesismisme.

Kata-kata tersebut di atas terpampang jelas.

Dengan hati-hati saya mohon agar dia buang pesismisnya jauh-jauh.

Yang perlu kita lakukan hanya bersikap. Cuma itu. Sangat sederhana. Kalau dia butuh teman, dia juga tahu sekarang siapa temannya.

Saya maklum dengan segala yang teman ini utarakan. Saya tahu bahwa teman-teman pengawas ketakutan. Mereka takut karena merasa sudah mendukung kejahatan. Sejak Rabu memang ada yang aneh di tiap kali saya berganti pasangan pengawas. Selalu ada cerita bahwa UN tahun ini lebih baik. Ada cerita bagaimana efeknya ke pimpinan juga sekolah tempat pelapor bekerja jika sampai ada laporan tentang hal yang tidak seharusnya selama ujian. Ada cerita jika justru pelapor yang akan mendapat sanksi.:)

Malam setelah kejadian itu saya mendapat sms dari seorang senior yang juga panitia inti Ujian Nasional di tempat saya bekerja, ada guru lain yang sudah memberitahu mereka bahwa saya menolak berkompromi dan guru ini ketakutan. Saya sempat merasa akan sendirian, tetapi sms selanjutnya sungguh menenangkan karena beliau bilang bahwa seluruh guru termasuk kepala sekolah tempat saya bekerja memberikan dukungan apapun langkah yang akan saya lakukan. Alhamdulillah..

Memang semuanya butuh proses ya. Dan jika tidak dimulai, kapan lagi? Miris melihat anak-anak didik kami ini.

Mereka bangkrut.

Mendapat ilmu yang cukup saja tidak. Apalagi mendapat didikan moral. Tidak sama sekali.

Kemampuan akademik, sangat bisa dikejar dalam waktu 3-6 bulan intensif. Tetapi pembentukan moral akan membutuhkan waktu yang sangat panjang. Lebih dari 15 tahun dan mungkin saja 2-3 generasi.

Untuk berani kadang memang perlu ditemani ya. Teman seperjalanan. Teman yang sanggup menemani di jalan-jalan yang sunyi. Teman yang berani untuk menabahkan hati mendengar cibiran dan nyinyiran dari orang-orang yang mungkin sudah dikenal baik. Dan ini lebih menyakitkan.

Mau menemani kami?


Sumber: http://ninokeyiz.wordpress.com/2013/04/19/oh-un-itu-begini/

Setelah membaca ini saya harapkan kepada rekan-rekan guru/pengawas UN bisa mencari kebenarannya sendiri di lingkungan sekolah yang diawasi masing-masing.
 

Attachments

n3mostums

1 SD
Level 2
Salah atau benar,, sudah pasti salah..
setuju atau tidak,, belum tentu..

saya aja baru tahun kemaren ikut UN,, malah berharap banget sama yg namanya "bocoran" (kunci jawaban)
padahal sehari, buahkan seminggu sebelumnya ane belajar, belajar dan belajar,, tapi yg namanya lulus atau nggak kan pasti didorong faktor "hoki" ya kan..??
belum tentu belajar itu lulus,, tapi belum tentu juga yg gak belajar gak lulus..

Jadi kalo menurut ane,, selagi ada kesempatan yg ada,, ambil aja.. dari pada kebuang percuma..
nanti kalo gagal yg ada menyesal karna ada kesempatan tapi dibuang percuma..

#kesempatan 4 hari yg disia-siakan,, ujungnya menyesal setahun (kalau gak hoki)
 

MasBoyNgapakerz

1 SD
Level 2
Pengalaman Ujian Nasional udah aku alami kemarin, emang sih ada yang nawarin bochor-bochor , tapi aku juga mikir gimana cara liat contekannya kalau ada banyak paket dan kita gak tau itu paket berapa ..

nyatanya, pas hari UN memang ada yang dapet bocoran tapi aku nggak mau pake , masih tertanam dalam pendirian aku nggak boleh berharap sama yang lain, hanya berharap sama Yang Kuasa ...

Nggak peduli nilai jelek, karena yakin angkatan 2013 itu cuma jadi bahan percobaan dinas untuk 20 Paket :Sorry: , belum lagi sistem nilai UN yang digabung sama nilai dari sekolah 30% : 70% ... :bow:

Pesan buat yang belum ngalamin UN, percaya diri aja pasti Lulus, jangan takut dengan apa yang terjadi saat UN, itu cuma sugesti orang dulu yang bilang UN itu susah . sampe sampe ada yang bunuh diri duluan sebelum UN :grin: :grin:

" Nggak Takut Nilai Jelek . Karena Jujur itu Harga Mati!! "

:mantap:​

Selagi berani pakai bocoran, ya pakai aja ... :grin: :grin:
 

arief111

TK A
Level 1
gak perlu nilai un gede juga pasti diselamatin sama sekolah , kalo sampe gak lulus kan reputasi sekolah juga yang ancur :D
 

Yasimato

TK B
Level 1
ditempat saya Soal UN nya di Fotocopy. gimana bisa di scan coba ? wkwkw
600Miliar hanya untuk kertas fotocopy. ? :sweet: :rps-rock:
 

azkakibingjunior

Belum Sekolah
Level 1
brarti UN tahun ini tuh seperti kelinci percobaan dong ya , sama dong kalo kelinci percobaan aku juga kelinci percobaan , kelinci percoba 3 tahun SMP RSBI yg akhirnya dibubarkan , uang udah banyak yang lari buat prcobaan tuh ,zzz
 

cotomks

Belum Sekolah
Level 1
ya sangat disayangkan memang dengan dalih membantu para siswa oknum2 guru dan kepala sekolah seperti melepas tanggung jawab sebagai tenaga pendidik, miris memang tapi itulah yang terjadi di negeri tercinta ini...
 

gafarcoz

6 SD
Level 2
nanti jangan jangan semakin lama UN tiap murid berbeda paket? wakakak

pengalaman sih pernah pake kunci, tapi itu cuman buat selingan, saya kerjain sebisa saya dulu baru nyontek dikit", tapi gak langsung, samain dulu sama temen gitu. dan itu juga dapet free dari sekolah lain x_x hasilnya? 9.25 buat IPA (SMP)
 

stoping

PAUD
Level 1
waaah....teringat UN tahun 2007....

belom terlalu nyusahin kayak sekarang....

teringat pagi2 di hari UN masih main kartu di kelas daripada mikirin UN...

lulus dengan nilai ketiga terbaik di sekolah :Ngakak: :Ngakak:
 

ESPADAS

6 SD
Level 2
jujur nih ya all
dulu saya smp juga make Kunci jawaban nah lebih parahnya lagi saat saya mau nyalin itu jawaban ketangkep basah sama pengawas tapi saya di diemin aja kata pengawasnya "kalau mau nyalin cepetan keburu ketawan yang lain" saya pun kagak percaya dia ngomong gitu soalnya dia terkenal galak di sekolah saya hahaha,terus itu salinan kunci jawaban saya taro dalem kantong sepatu "sepatu saya converse yang ada kantongnya" saat UN dimulai pas mau ngambil ketawan pengawas dari sekolah lain tapi dia malah senyum2 aja liat saya kwkwk sampe geer saya kwkwkw soalnya masiih muda dia :hehehe:
wal hasil saya lulus smp dengan nilai wow kwkwkw ini cerita saya 2 tahun lalu

nah ini cerita saya sekarang ujian UN tahun 2013 di sma, saya emang belom UN karena saya masih kelas 2 sma :grin: tapi saya punya banyak temen kelas 3 sma, mereka saat menjelang UN gak ada yang panik kaya sekolah2 lain ternyata setelah saya usut udah ada yang nyediain soal+jawbannya Darimana dapetnnya saya gak bakal nyebutin disini yah gak enak :sweet: ternyata soal+jawabannya tembus semua gak bisa bayangin saya kalo nilai nya 100 semua :hehehe:

sekian cerita pengalaman saya kwkwk :mantap:
 

adk

5 SD
Level 2
Nih pengalaman saya waktu SMP,SMA..
jujur aja..SMP waktu UN murid kelas pda bawa HP semua...
jadi jawaban Di SMS semua sama guru sklh...
pengawas di sogok...
1 orang murid 10ribu... :grin: klo X beberapa kan lumayan tuh buat makan anak istri :grin:

waktu sma, sya g pernah masuk SMA 1 hari jga...
5 sekolah sya masukin... tpi di 5 sekolah itu sya gg pernah masuk, pas UN aja masuknya...
pas UN,kepala sekolah langsung yang ngasih jawabannya..
tulis deh semua jawaban itu di celah" jari kiri...
jari ada 5...
setiap celah itu 1-10 jawaban :D :grin: :grin: berangkat terahir pulang duluan.... :grin:

Sekarang UN ribet amat kliatannya..pengawasnya sogok aja..
PT" ama anak lain....20ribu muter tuh lumayan... :grin:
 

khuatez

TK A
Level 1
Pengalaman ku SMA ikut UAN waktu itu memakai bocoran via sms HP..
karena bocoran belom tentu benar,, sekalian saya sambil membaca soal Ujian saya cocokan jawaban saya sendiri dengan bocoran yang di kirim via sms HP..
ada kesama'an dan ada perbeda'an.. tapi saya menggunakan 40% bocoran dan 60% pemikiran sendiri..
ya Alhamdulillah saya Lulus.. buat yang sudah menghadapai UAN good luck semoga lulus semua walau dengan bocoran atau tanpa bocoran..
tapi jangan pakai asal"an dalam menentukan jawaban,, karena sekolah mu selama 3 tahun hanya di tempuh 4 hari saja.. klo gagal sama aja kalian sia"kan sekolah mu selama 3 tahun.
 

frengky1234

PAUD
Level 1
no offense ya
yang ngomong nggk mau kunci jawaban ya munafik
emang bener jujur lbh baik, ya tp ttp aja ada setitik keinginan menggunakan kunci
hari gini siapa sih yg nggk mau dpt bagus?
lagian jg apa bener kuat kalo ngulang 1 th lagi? tekanan mental malah iya nanti

kalo saya pribadi sih setuju sama agan fiqrom01 drpd UN jd ajang kecurangan + cari uang buat oknum2
mending diganti sistemnya, toh kecerdasan siswa bukan ditentuin hanya 4 hari "hoki2an"
msh bnyk aspek yg membuktikan kecerdasan siswa :grin:
 

n3mostums

1 SD
Level 2
Nih pengalaman saya waktu SMP,SMA..
jujur aja..SMP waktu UN murid kelas pda bawa HP semua...
jadi jawaban Di SMS semua sama guru sklh...
pengawas di sogok...
1 orang murid 10ribu... :grin: klo X beberapa kan lumayan tuh buat makan anak istri :grin:

waktu sma, sya g pernah masuk SMA 1 hari jga...
5 sekolah sya masukin... tpi di 5 sekolah itu sya gg pernah masuk, pas UN aja masuknya...
pas UN,kepala sekolah langsung yang ngasih jawabannya..
tulis deh semua jawaban itu di celah" jari kiri...
jari ada 5...
setiap celah itu 1-10 jawaban :D :grin: :grin: berangkat terahir pulang duluan.... :grin:

Sekarang UN ribet amat kliatannya..pengawasnya sogok aja..
PT" ama anak lain....20ribu muter tuh lumayan... :grin:
haha koplak,, gak perlu repot" gan nyogok pengawas..
kasih kata sandi aja di papan jalan..

misalkan "A" kata sandinya "\"
B kata sandinya /
C kata sandinya #
seterusnya..

ane aja begitu,, waktu taun kemaren kan dikasih 5 paket,, 5-5nya ane enkripsi semua kunci jawabannya..
wkwkwk.. alhasil tembus tuh (tapi gak 100% ngikutin kuncinya,, kan yg pasti ada yg disalahin sebagian,, paling kalo ane udah mentok ngerjain baru liat kuncinya)
 

biem7

PAUD
Level 1
Kayaknya harus mutu pendidikan sama guru di benerin dulu baru diadakan UN ,gw baru 2 tahun ini tinggal di kalbar, Mutu pendidikan di sini parah tetangga sebelah anaknya udah kelas 4 SD BACA aja belum lancar tapi tiap tahun bisa naik kelas ....
 

PBYTE

-= R.A.Z.T.A =-
Level 2
Teringat waktu ujian SMA taon 2004..

Untung nya saya termasuk org jujur dan lumayan berprestasi di sekolah (ciecie...:p)
waktu ujian dulu saya pernah liat temen di kasih lembaran kertas yg di genggam sama guru, isinya ya kunci jawaban, cuman tuh temen gak mau ngasih ke yg lain cuman buat dia sendiri, padahal guru bilang ke dia kasih ke temen2 semua (asem tuh... kalo dikasih saya jg mau wkwkwkwk..), tapi sayangnya gak hoki kali :p

Dan pada akhir penentuan kelulusan ada cerita yg membuat saya terheran2....
Ada teman akrab saya dari kelas 1 sampe kelas 3 selalu berprestasi dan mendapat selalu mendapatkan rangking 2 kadang rangking 3 (dari kelas 1 sampe 3 saya 1 kelas mulu ama dia, jadi tau donk :) )
tau gak apa yg terjadi setelah pengumuman kelulusan, ternyata dia TIDAK LULUS :dizzy: , kasian banget nasibnya padahal orang pintar digagalkan sama yg namanya UAN (Ujian Akhir Sekolah) waktu itu menggunakan target nilai tertentu (lupa nilai berapa :grin: ) 1 nilai mata pelajaran dia gak memenuhi target.. ( akhirnya dia ikut ujian ulang, alhamdulillah lulus )
Dan satu lg yg membuat saya heran jg, setelah melihat teman saya gak lulus, lain lg cerita temen saya yg satu, yg ini terkenal bandel dan jarang masuk sekolah, eh.. ternyata dia LULUS ( jiaaaaaaaahhhhhh.......... Ujian macam apa ini, ko jadi terbalik gini :cry: )

miris emank ngeliatnya...
haruskah ujian itu ada, karena di setiap sekolah beda cara ajar dan kadang agak sedikit berbeda isi pelajarannya....
 
Top