Pemilik tanah tempat terjadinya aksi teror bom Bali tahun 2002 lalu telah menegaskan rencananya untuk kembali membuka usaha di lokasi bom Bali tersebut. Pemerintah Australia–yang kehilangan 88 orang warganya dalam serangan tersebut–telah mengajukan protes, menyebut keputusan itu keterlaluan. Sementara itu, pemilik tanah mengatakan, ia akan tetap membuat situs peringatan, namun akan membuat usaha kembali agar lokasi tersebut tidak terjerumus menjadi daerah kumuh.
Oleh: James Massola dan Amilia Rosa (The Sydney Morning Herald)
Pemilik tanah di mana Sari Club dulu berdiri telah menampik kritik terhadap rencana mereka untuk membangun sebuah restoran baru lima lantai di lokasi bom Bali tersebut, dan mengatakan bahwa pembangunan akan dimulai minggu ini. Mereka juga telah memasang bendera Indonesia di situs tersebut dan menyatakan mereka tidak akan mengizinkan siapa pun untuk “campur tangan” atas penggunaan tanah Indonesia.
Baik orang Indonesia maupun Australia yang selamat dari bom Bali tahun 2002, di mana 202 orang―termasuk 88 orang Australia―terbunuh, menyebut rencana pembangunan kompleks restoran itu, yang akan memiliki monumen atau peringatan di lantai lima, sebagai rencana yang keterlaluan.
Bali Peace Park Association yang berpusat di Australia telah menggalang dana selama bertahun-tahun agar bisa membeli situs tersebut, tetapi belum dapat mengumpulkan cukup uang dan tidak pernah bisa menyepakati harga dengan pemilik tanah.
Perdana Menteri Australia Scott Morrison pekan lalu mengecam keputusan yang ia sebut “sangat memprihatinkan” oleh pihak berwenang Bali karena telah mengizinkan sebuah restoran dibangun di situs tersebut. Tanah itu telah kosong sejak bom ditanam oleh kelompok teror Jemaah Islamiyah, yang berafiliasi dengan al-Qaeda, menghancurkan Sari Club dan Paddy’s Bar.
Tetapi pada hari Minggu (28/4), upacara pembersihan oleh warga Hindu setempat diadakan di situs tersebut dan Jay Chandra, seorang konsultan pada proyek dan perwakilan dan kerabat dari pemilik tanah, mengatakan peletakan batu pertama untuk pembangunan restoran 353 kursi itu akan dilakukan pada hari Rabu, 1 Mei 2019.
Baca Artikel Selengkapnya di sini
Oleh: James Massola dan Amilia Rosa (The Sydney Morning Herald)
Pemilik tanah di mana Sari Club dulu berdiri telah menampik kritik terhadap rencana mereka untuk membangun sebuah restoran baru lima lantai di lokasi bom Bali tersebut, dan mengatakan bahwa pembangunan akan dimulai minggu ini. Mereka juga telah memasang bendera Indonesia di situs tersebut dan menyatakan mereka tidak akan mengizinkan siapa pun untuk “campur tangan” atas penggunaan tanah Indonesia.
Baik orang Indonesia maupun Australia yang selamat dari bom Bali tahun 2002, di mana 202 orang―termasuk 88 orang Australia―terbunuh, menyebut rencana pembangunan kompleks restoran itu, yang akan memiliki monumen atau peringatan di lantai lima, sebagai rencana yang keterlaluan.
Bali Peace Park Association yang berpusat di Australia telah menggalang dana selama bertahun-tahun agar bisa membeli situs tersebut, tetapi belum dapat mengumpulkan cukup uang dan tidak pernah bisa menyepakati harga dengan pemilik tanah.
Perdana Menteri Australia Scott Morrison pekan lalu mengecam keputusan yang ia sebut “sangat memprihatinkan” oleh pihak berwenang Bali karena telah mengizinkan sebuah restoran dibangun di situs tersebut. Tanah itu telah kosong sejak bom ditanam oleh kelompok teror Jemaah Islamiyah, yang berafiliasi dengan al-Qaeda, menghancurkan Sari Club dan Paddy’s Bar.
Tetapi pada hari Minggu (28/4), upacara pembersihan oleh warga Hindu setempat diadakan di situs tersebut dan Jay Chandra, seorang konsultan pada proyek dan perwakilan dan kerabat dari pemilik tanah, mengatakan peletakan batu pertama untuk pembangunan restoran 353 kursi itu akan dilakukan pada hari Rabu, 1 Mei 2019.
Baca Artikel Selengkapnya di sini