Keterlibatan Amerika Serikat dan Korea Utara telah membuka serangkaian kemungkinan yang dahulu pernah tertutup, membawa risiko dan beberapa peluang bagi Kim Jong-un dan dunia. Trump dan Kim telah menggambarkan tiga pertemuan mereka, yang terbaru setelah kunjungan Trump ke Zona Demiliterisasi (DMZ) yang membagi Korea Utara dan Selatan, sebagai konsekuensi yang menguntungkan, dipenuhi simbolisme saling menerima dan menghormati. Jika ambisi Kim adalah untuk mencegah reunifikasi Korea seperti Jerman, itu akan memperkuat Korea Utara sebagai negara yang diterima dan terpisah, yang mungkin memungkinkan perdamaian dengan Amerika Serikat tetapi mungkin tidak dengan Korea Selatan.
Oleh: Max Fisher (The New York Times)
Ketika mantan Presiden Amerika Serikat Richard M. Nixon bertemu dengan pemimpin totaliter China dan musuh bersenjata nuklir Mao Zedong di Beijing hampir 50 tahun yang lalu, kedua pemimpin itu tahu pasti bahwa mereka sedang menyiapkan negara mereka di jalur baru. Tetapi mereka tidak tahu ke mana jalan itu akan mengarah.
Nixon dan Mao hampir tidak dapat meramalkan perubahan di China atau hubungan saling ketergantungan ekonomi yang saling bertentangan dan intens antar kedua negara, apakah perdamaian atau persaingan atau apa pun akan terjadi setengah abad berikutnya.
Sekarang, giliran Presiden AS Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un.
Terlepas dari apakah mereka mencapai kesepakatan mengenai senjata nuklir Korea Utara, kedua pemimpin itu muncul dalam perjalanan mereka untuk menempa hubungan yang di masa lalu keduanya telah mengaku sama-sama tidak menginginkan. Trump dan Kim telah menggambarkan tiga pertemuan mereka, yang terbaru di Zona Demiliterisasi (DMZ) yang membagi Korea Utara dan Selatan, sebagai konsekuensi yang menguntungkan, dipenuhi simbolisme saling menerima dan menghormati.
Tapi seperti Nixon dan Mao, pemimpin Amerika dan Korea Utara tersebut tidak bisa mengetahui ke mana arah eksperimen mereka.
Sementara sedikit pihak memandang bahwa Korea Utara siap menyerahkan senjatanya, postur ekonomi dan diplomatik negara itu kini sudah berubah. Para ahli Korea Utara, mantan analis intelijen Amerika Serikat, hingga para pakar hubungan internasional mengatakan bahwa meskipun prediksi yang pasti tidak mungkin dilakukan, perubahan itu sudah mulai membuka serangkaian kemungkinan yang dahulu pernah tertutup.
Baca Artikel Selengkapnya di sini
Oleh: Max Fisher (The New York Times)
Ketika mantan Presiden Amerika Serikat Richard M. Nixon bertemu dengan pemimpin totaliter China dan musuh bersenjata nuklir Mao Zedong di Beijing hampir 50 tahun yang lalu, kedua pemimpin itu tahu pasti bahwa mereka sedang menyiapkan negara mereka di jalur baru. Tetapi mereka tidak tahu ke mana jalan itu akan mengarah.
Nixon dan Mao hampir tidak dapat meramalkan perubahan di China atau hubungan saling ketergantungan ekonomi yang saling bertentangan dan intens antar kedua negara, apakah perdamaian atau persaingan atau apa pun akan terjadi setengah abad berikutnya.
Sekarang, giliran Presiden AS Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un.
Terlepas dari apakah mereka mencapai kesepakatan mengenai senjata nuklir Korea Utara, kedua pemimpin itu muncul dalam perjalanan mereka untuk menempa hubungan yang di masa lalu keduanya telah mengaku sama-sama tidak menginginkan. Trump dan Kim telah menggambarkan tiga pertemuan mereka, yang terbaru di Zona Demiliterisasi (DMZ) yang membagi Korea Utara dan Selatan, sebagai konsekuensi yang menguntungkan, dipenuhi simbolisme saling menerima dan menghormati.
Tapi seperti Nixon dan Mao, pemimpin Amerika dan Korea Utara tersebut tidak bisa mengetahui ke mana arah eksperimen mereka.
Sementara sedikit pihak memandang bahwa Korea Utara siap menyerahkan senjatanya, postur ekonomi dan diplomatik negara itu kini sudah berubah. Para ahli Korea Utara, mantan analis intelijen Amerika Serikat, hingga para pakar hubungan internasional mengatakan bahwa meskipun prediksi yang pasti tidak mungkin dilakukan, perubahan itu sudah mulai membuka serangkaian kemungkinan yang dahulu pernah tertutup.
Baca Artikel Selengkapnya di sini