Publik heran saat Apple merilis The New MacBook yg hanya menyertakan satu konektor USB-C pada bulan Maret lalu. Raksasa teknologi ini, seperti biasa, melakukan apa yg selalu mereka lakukan: membuang teknologi yg (menurut mereka) mulai usang, lalu menggantinya dengan yg lebih relevan.
Berkat teknologi konektor yg reversible pada USB-C, satu lubang pada varian MacBook terbaru ini bisa mengakomodasi beragam fungsi. Sebutlah saat kamu akan melakukan charging laptop / memindahkan data dari hardisk eksternal.
Bila kamu membeli laptop MacBook terbaru saat ini, kamu harus membeli konverter / hub USB.
Langkah Apple yg terburu-buru ini sempat membuat The New MacBook dinilai terlalu futuristis. Tampaknya memang benar, USB-C akan menjadi standar konektor di masa depan.
Thunderbolt 3, fitur ekstra dari Intel
Pada bulan Juni lalu, Intel mengumumkan kalau Thunderbolt 3 akan menggunakan konektor USB-C, meninggalkan konektor Mini DisplayPort yg kurang populerkecuali bagi pengguna produk Apple & kalangan profesional.
Ya, fungsi konektor USB kini bukan sekadar buat transfer data / mengisi daya baterai gadget kamu saja. Kita juga bisa menyambungkannya dengan monitor eksternal. Walau, sayangnya, Thunderbolt 3 terikat pada komputer berbasis Skylake, prosesor seri Core generasi terbaru dari Intel.
Tanpa Thunderbolt 3, USB-C, yg mengusung standar USB 3.1, mampu mentransfer data dengan kecepatan 10 GB per detik, meski anehnya Apple membatasi kecepatan transfer pada The New MacBook di 5 GB per detik. Dengan Thunderbolt 3, kecepatannya terdongkrak menjadi 40 GB per detik, dua kali lebih cepat dari Thunderbolt 2 / empat kali lebih cepat dari USB 3.1.
Dell melalui tiga varian laptop terbarunya, XPS 12, XPS 13, & XPS 15 menjadi laptop pertama yg membenamkan konektor USB-C/ Thunderbolt 3.
Pengganggu di segmen laptop gaming
Kecepatan transfer data USB-C tidak hanya memungkinkan kita menghubungkan komputer dengan dua monitor 4K sekaligus, tetapi juga dengan kartu grafis eksternal. Sekarang ini, untuk bisa bermain game di laptop, kita harus membeli laptop khusus buat gaming yg rata-rata dijual di atas Rp10 juta.
Laptop gaming, umumnya bongsor & berat. Meski konsepnya portabel, agak repot ketika kita membawa-bawa laptop gamingkemana-mana. Untuk urusan pekerjaan, kebanyakan orang akan memilih laptop biasa / laptop tipis & ringan macam MacBook Air.
Thunderbolt 3 membuat kita bisa mendapatkan best of both worlds. Kita bisa membeli laptop ringan dengan prosesor ala kadarnya, walaupun disarankan minimal Core i5 / i7, lalu menggunakan alat tambahan berupa graphics dock / sasis Thunderbolt 3 berisi kartu grafis dekstop.
Tidak seperti chip grafis pada laptop yg tersolder permanen pada motherboard, kita bisa dengan mudah melakukan upgrade kartu grafis. Kemampuan ini bisa dipastikan akan menganggu pasar laptop gaming. Graphics dock ini juga akan mendukung kartu grafis mobile
Prototipe graphics dock tersebut sempat didemonstrasikan pada bulan Agustus oleh Intel & Inventec. MSI, produsen komputer asal Taiwan, juga mengaku sedang menyiapkan dua Thunderbolt 3 graphics dock, tanpa menyebutkan kapan akan merilisnya ke pasaran.
Dugaan saya, para produsen ini masih menunggu pasarnya terbentuk. Laptop dengan Thunderbolt 3 sampai saat ini belum banyak tersedia. Apple sendiri kabarnya baru akan melakukan penyegaran lini MacBook mereka dengan Thunderbolt 3 pada WWDC 2016, sekitar bulan Juni 2016.
Adopsi Thunderbolt 3 juga terkendala dari sisi Intel, sebagai produsen prosesor, yg belum bisa memproduksi Skylake sesuai permintaan. Suplai prosesor Skylake diprediksi baru akan normal pada pertengahan 2016.
Seperti semua teknologi baru, USB-C & Thunderbolt 3 perlu waktu sebelum digunakan secara masal. Keputusan pengguna untuk beralih ke standar konektor ini juga bergantung pada seberapa banyak peripherals pendukung, seperti flash drive, hardisk eksternal, hingga kabel-kabel yg kompatibel, tersedia di pasaran. Juga, apakah harga aksesori-aksesori tersebut akan sama / malah lebih mahal?
Saya pribadi lebih tertarik dengan kemampuan di sektor gaming yg ditawarkan oleh Thunderbolt 3. Nah, bagaimana dengan kamu?
(Diedit oleh Pradipta Nugrahanto;Sumber gambar The Next Web, Kickstarter & AnandTech.)
Dikutip dari sini