"Garuda Muda", Harapan di Tengah Krisis Sepakbola Indonesia
Masyarakat sepakbola Indonesia sedang diliputi euforia. Ungkapan rasa bangga tak henti-hentinya berkumandang setelah tim nasional Indonesia U-19 menjadi kampiun Piala AFF U-19. Keberhasilan ini menjadi sebuah titik cerah di tengah terperosoknya prestasi timnas dalam dua dekade terakhir.
Sepakan penalti Ilham Udin Armain mengarah ke pojok kanan bawah gawang Timnas Vietnam yang dikawal Lee Van Troung. Sang kiper gagal membaca bola dengan baik. Sepakan itu membuat publik yang memenuhi Gelora Delta Sidoarjo bersorak-sorai.
Setelah disajikan laga 90 menit yang penuh tensi tinggi, suporter juga dibuat dag-dig-dug selama 30 menit perpanjangan waktu. Permainan keras penuh peluang disajikan kedua tim. Namun, tak ada gol yang tercipta.
Babak adu penalti tidak kalah seru. Kedua tim sempat saling unggul. Bahkan, pemenang baru ditentukan oleh penendang ke sembilan. Saat itulah, Ilham menjadi pahlawan kemenangan "Garuda Muda".
Pantas saja kemenangan ini disambut meriah oleh berbagai elemen suporter di tanah air. Bagaimana tidak, terakhir Indonesia menjadi juara pada SEA Games 1991. Itu pun bukan pada kalender FIFA. Jika di ajang konfederasi Asia, torehan timnas masih jauh dari prestasi.
Gelar ini juga menjadi yang pertama untuk Indonesia di level U-19. Sebelumnya, anak-anak muda tanah air selalu mentok di fase grup selama tiga kali ikut di Piala AFF U-19, yaitu pada tahun 2002, 2005 dan 2011 silam.
Harapan di Tengah Krisis
"Pertama yang ingin saya sampaikan, jadikan kemenangan hari ini sebagai momentum kemajuan sepakbola Indonesia. Publik harus bangga dengan gelar ini, setelah 21 tahun dahaga (tanpa gelar)," tutur pelatih Timnas Indonesia U-19, Indra Sjafri, usai menganggkat trofi juara.
Ucapan coach Indra tentu bisa dimengerti jika anda memperhatikan kondisi sepakbola Indonesia saat ini. Buruknya pretasi timnas sekitar satu dekade terakhir ditambah carut-marut kondisi politik di jajaran elit Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI).
Namun, "angin segar" berhembus ditengah upaya PSSI meningkatkan prestasi timnas. Bahkan, Ketua Umum PSSI, Djohar Arifin Husin, tertangkap kamera berulang kali mengucapkan syukur usai kemenangan ini.
Namun, Indra mengingatkan bukan berarti semua sudah selesai. Gelar juara ini malah dinilai sebagai batu pijakan menuju prestasi-prestasi gemilang berikutnya.
"Saya berharap ini terus berlanjut karena muaranya bukan juara di AFF. Tapi bagaiamana prestasi itu terjaga hingga level senior," lanjut pria yang mendedikasikan dirinya untuk pembinaan usia muda tersebut.
Timnas U-19 tidak bisa bersantai diri. Setelah mendapat predikat juara Asia Tenggara, skuad "Garuda Muda" harus membuktikan kualitasnya di Kualifikasi Piala Asia U-19. Irvan Dimas Darmono cs bergabung di Grup G, bersama Korea Selatan, Laos dan Filipina.
Semoga Menular
Keberhasilan timnas U-19 patut menjadi gambaran kekuatan Indonesia. Tim ini mampu tampil gigih dalam bermain, tak kenal menyerah dan mampu keluar dari tekanan. Identitas seperti ini yang kerap hilang dari tubuh "Garuda".
Mental yang kedodoran, terlalu nafsu menyerang, tegang di saat menentukan sampai membuat kesalahan-kesalahan elementer menjadi "penyakit lama" timnas Indonesia di level manapun. Namun, DNA negatif itu mulai pudar di tubuh tim U-19.
Meski dinilai menang beruntung oleh pelatih Vietnam, penampilan Indonesia patut mendapatkan kredit. Hal ini diharapkan menular baik ke level bawah maupun atas sekalipun. Bahkan, timnas senior patut berkaca pada daya juang adik-adiknya.
Sekarang, giliran Timnas Indonesia U-23 yang mengemban tugas berat. Andik Vermansyah dan kawan-kawan harus melalui kerasnya persaingan dengan negara-negara Timur Tengah di Islamic Solidarity Games (ISG).
Namun, target utama yang jadi incaran seluruh suporter Indonesia adalah medali emas SEA Games 2014 di Myanmar. Kegagalan saat menjadi tuan rumah dua tahun lalu harus dibayar tuntas oleh tim asuhan Rahmad Darmawan tersebut.
Sedangkan untuk Timnas Senior, daya juang dan semangat pantang menyerang "Garuda Muda" patut dicontoh saat tampil di Pra-Piala Asia 2015 mendatang. Lawan-lawan berat seperti China, Arab Saudi maupun Iran bukan tidak mungkin untuk dikalahkan.
Tapi tiket menuju Australia tahun depan bukan target utama yang disodorkan PSSI pada Jacksen F Tiago. Skuad "Garuda" tentu ingin menuntaskan penantian mereka di Piala AFF dan menjadi kampiun di regional Asia Tenggara.
Kegagalan demi kegagalan di masa lalu harus segera dilupakan untuk membangun masa depan yang lebih cerah. Sekarang kita melihat kedepan, ke arah prestasi yang sudah ditorehkan oleh anak-anak muda Indonesia di Jawa Timur semalam. Bukan tidak mungkin, ini adalah awal dari kebangkitan kembali Indonesia jadi "macan Asia".
sumber